Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Julius Renald, Bek Sayap Modern Terbaik

Liga Kompas Gramedia 2015 - Pertandingan antara sekolah sepakbola (SSB) Kabomania (kuning) menghadapi SSB Semplak Barat dalam kompetisi Liga Kompas Gramedia 2015 di Stadion C PSSI Senayan, Jakarta, Minggu (1/11). Kompas/Wawan H Prabowo (WAK) 01-11-2015

Liga Kompas Gramedia 2015 – Pertandingan antara sekolah sepakbola (SSB) Kabomania (kuning) menghadapi SSB Semplak Barat dalam kompetisi Liga Kompas Gramedia 2015 di Stadion C PSSI Senayan, Jakarta, Minggu (1/11).
Kompas/Wawan H Prabowo (WAK)

JAKARTA, KOMPAS Julius Renald Sema (14), bek sayap SSB Garuda Putra Bekasi, terpilih sebagai pemain terbaik pada bulan Oktober Liga Kompas Gramedia U-14 Panasonic dalam pengumuman Minggu (1/11). Bintang tim promosi asal Bekasi itu jadi contoh teladan bek sayap modern di kompetisi usia dini U-14.

Renald, siswa kelas IX SMP Marsudirini, Bekasi, itu menyisihkan dua nomine bek sayap lainnya, yang tampil tak kalah cemerlang sepanjang bulan lalu, yaitu Moch Rizki Saputra (Asiop Apacinti) dan Fauzie Panguripan (Kabomania).

Pesepak bola yang mengidolakan David Alaba, bek sayap modern Bayern Muenchen, itu berkontribusi besar untuk Garuda Putra, tim yang baru pertama kali mengikuti Liga Kompas Gramedia (LKG) U-14, yaitu di musim ini.

Kontribusi itu tak hanya dalam hal bertahan atau mengawal penyerang lawan, tetapi juga saat menyerang. Serupa dengan Alaba, Renald yang memiliki stamina mumpuni kerap keluar dari garis pertahanannya dan tidak jarang menjadi pemecah kebuntuan timnya.

”Dia (Renald) memang sangat menonjol. Dia sering menjadi desainer gol-gol penting timnya. Itu misalnya terjadi ketika melawan Persigawa (13 September). Mirip Javier Zanetti (mantan bek sayap kanan Inter Milan) teknik bermainnya,” ujar Hadi Rahmaddani, koordinator tim pemantau bakat LKG U-14 yang juga dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.

Hampir di setiap laga sepanjang Oktober, seperti tercatat di Lab Bola, ia menciptakan asis. Operan dan umpannya dari sayap jauh di atas rata-rata nomine lain. Ia tak jarang merangsek ke jantung pertahanan lawan, seperti yang sering dilakukan bek Brasil dan AS Roma, Douglas Maicon.

Dalam hal bertahan, dia tidak kalah bagus. Sembilan tackle dan empat intersep atas umpan berbahaya ditorehkan Renald sepanjang Oktober lalu. Uniknya, tak satu pun kartu diterimanya sepanjang tiga laga di Oktober.

”Tipe bek sayap modern (yang banyak dikembangkan di Eropa) itu persis yang dilakukannya. Ia punya kemampuan menyerang, umpan silang, sangat bagus. Saat kalah (kehilangan bola), transisi bertahannya juga baik. Ia bakal berkembang jika terus disiplin,” tutur Tias Tano, Pelatih SSB.

Padahal, pemain yang mengaku rutin menjaga kebugaran dengan berlari, push-up, dan sit-up itu sempat tersingkir dari posisi pemain inti di awal musim. ”Saat play off, saya memang rutin masuk tim inti. Namun, di tiga laga saat awal musim (di putaran liga), saya tidak lagi jadi pemain utama. Kondisi fisik saya ketika itu memang drop (turun). Saya sempat sakit demam,” tuturnya.

Tanpa putus asa, Renald bertekad bangkit dan kemudian menyisihkan seniornya sebagai andalan di bek kanan tim itu. ”Saya tak menyangka bisa terpilih (pemain terbaik). Pemain lain juga bagus,” tuturnya.

Namun, Hadi mengingatkan pentingnya konsistensi para pemain. ”Jangan sudah terpilih sebagai pemain terbaik, malah main jeblok setelahnya atau mendapat kartu kuning. Inilah pentingnya kompetisi semacam ini. Liga akan mematangkan mereka. Harusnya, liga semacam ini yang diperbanyak. Jadi, bukan turnamen sesaat seperti ramai-ramai saat ini (Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden),” ujarnya.

Kekalahan pertama

Sementara itu, konsistensi ASIOP Apacinti, pemuncak klasemen sementara, dipatahkan SSB Annisa Pratama—tim berjuluk ”pembunuh raksasa”—di pekan ke-13.

ASIOP menelan kekalahan pertamanya musim ini setelah menyerah 0-3 dari Annisa, penghuni papan tengah. Seluruh gol Annisa terjadi di babak kedua setelah ASIOP mengganti sejumlah bek dan kiper. (JON)

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer