Asa Melawan ”Bendera Putih”
Tubagus Satya Haprabu setia merawat mimpi menjadi kiper sekelas idolanya, Iker Casillas. Penjaga gawang sekolah sepak bola Tunas Cipta itu menolak mengangkat ”bendera putih” meski timnya terpuruk di dasar klasemen Liga Kompas Gramedia U-14 Panasonic. Dia ingin berjuang hingga akhir musim.
Pekan lalu, Tunas Cipta kalah untuk ke-14 kali dari 15 laga. Tim asuhan pelatih Zulhandikar ini semakin terbenam di dasar klasemen dengan nilai minus lima. Tunas Cipta sering dihukum pengurangan poin karena pemainnya kurang dari syarat jumlah minimal, yaitu 18 pemain, di sebagian besar laga.
TB, sapaan Tubagus Satya Haprabu, paling tertekan karena gawang Tunas Cipta sudah kemasukan 51 gol. Itu pun tertolong performa brilian TB yang menempati peringkat kedua performa kiper terbaik hingga pekan ke-7 dengan 24 penyelamatan.
Statistik itu menegaskan motivasi TB untuk berusaha tampil maksimal. Ia rajin berlatih meskipun hanya dijalani bersama delapan temannya karena banyak yang mangkir.
”Saya dan teman-teman tidak melihat klasemen. Kami mengejar jam bertanding,” ujar TB.
”Selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari sesuatu yang buruk. Kami berusaha memperbaiki diri dan menyelesaikan musim ini, apa pun hasilnya,” ujar TB.
Dia kiper potensial hingga Zulhandikar memanggilnya ke skuad 2014. TB juga masuk tim LKG Kacang Dua Kelinci yang berlatih di Real Madrid tahun lalu. pencapaian itu memotivasi TB untuk menjadi lebih baik musim ini.
Namun, mimpi itu buyar karena manajemen Tunas Cipta pecah. TB dan kawan-kawan seperti pelanduk di tengah gajah yang bertarung. Tim yang dipersiapkan sejak tahun lalu itu berantakan.
”Ada masalah internal manajemen, antara pemilik dan ketua umum. Sekitar 10 pemain yang disiapkan sejak musim lalu ikut ke tim Tunas Cipta yang lain,” ujar Zulhandikar.
Pelatih yang musim lalu mengasah Ahda Suhada sebagai striker tajam itu harus mencari pemain pengganti. Tim dadakan itu hanya bertahan hingga pekan ke-4, dan setelah itu hanya tersisa 16 pemain, itu pun saat latihan tinggal 10 pemain.
”Sakit setiap kali melihat anak-anak kalah. Saya mengundurkan diri di pekan ke-7, tetapi orangtua pemain meminta saya bertahan. Itu yang menyemangati saya. Kami tidak akan menyerah hingga LKG berakhir,” ujar Zulhandikar.
Perpecahan internal
juga membuat Mandiri Jaya Bogor (MJB) terpuruk musim ini. Tim langganan papan tengah
itu kini ada di posisi kedua
dari bawah. Mereka memegang nilai satu, dan kemasukan
40 gol.
MJB terpuruk karena pecah kongsi dengan Jakarta Football Academy (JFA). MJB pun kesulitan mencari pemain, juga dana operasional tim. ”Tahun lalu kami merger dengan JFA. Sekarang saya pakai pemain lokal binaan sendiri,” ujar Hariana Kurniawan, pelatih sekaligus pemilik MJB.
Sejak pekan ke-10, MJB tidak bisa berlatih bersama karena tidak mampu menyewa lapangan. Hariana pun hampir menyerah. Namun, semangat pemain membuat dia bertekad menyelesaikan musim ini.
MJB berusaha bangkit di putaran kedua, mengakhiri musim di peringkat ke-12 supaya bisa mengikuti play off tahun depan.