”Krisis” Gol Terjang Tim-tim di Pekan Ke-18
JAKARTA, KOMPAS Menjaga performa tinggi, khususnya mencetak gol, bukan perkara mudah di sepak bola. Hal itu nyaris serentak dialami tim-tim peserta Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14 dalam laga pekan ke-18, Minggu (11/12).
Kompetisi sepak bola usia dini yang biasanya kerap diwarnai hujan gol itu mendadak ”kering”. Di laga pekan ke-18 yang diadakan di Stadion Bea Cukai, Rawamangun, hanya tercipta 10 gol dari total delapan laga yang dijalani.
Jumlah gol di pekan itu adalah salah satu yang terendah di LKG Panasonic musim 2016-2017. Sebagai contoh, jumlah gol itu nyaris separuh dari perolehan gol di pekan ke-12, yaitu 19 buah.
Krisis gol itu bisa terjadi kapan pun dan menimpa tim mana pun. Sekolah Sepak Bola (SSB) Bina Taruna, salah satu tim yang paling rajin membuat gol, misalnya, mendadak kehilangan gregetnya.
Mereka ditahan Kabomania, tim di peringkat ketujuh, dengan skor kacamata alias 0-0. Padahal, dilihat dari statistik, Bina Taruna memiliki rekor mengilap, yaitu rata-rata 2,3 gol per laga. Jumlah itu adalah yang tertinggi di LKG Panasonic musim ini.
Nyaris serupa, pemuncak klasemen, ASIOP Apacinti, susah payah mengalahkan tim penghuni papan tengah, Persigawa, dengan skor 1-0. Fenomena itu menunjukkan kian sengit dan tipisnya keunggulan antara tim-tim papan atas dan bawah.
”Barangkali itu karena tim-tim di (klasemen papan) atas saat ini tengah jenuh, sedangkan tim yang di bawah tampaknya mulai menemukan pakem (permainan)-nya,” ujar pelatih Persigawa, Ferry Perkantara, mencoba memaknai fenomena krisis gol itu.
Ferry bersyukur timnya tidak kembali menjadi bulan-bulanan pemain ASIOP, salah satu tim terkuat di kompetisi ini. Pada putaran pertama, Persigawa sempat dilumat 1-3. ”Kami bermain baik, menciptakan tujuh peluang gol. Para pemain sudah semakin nyetel. Hanya saja, sayangnya, kami kurang tenang memaksimalkan peluang menjadi gol,” tutur Ferry seusai laga.
Menurut pelatih ASIOP Apacinti, Agus Gustira, faktor mental dan psikologis menjadi penyebab timnya gagal mencetak gol lebih banyak. ”Padahal, kami punya banyak peluang. Namun, hanya satu gol tercipta. Mereka kurang konsentrasi. Itu bisa dimaklumi karena bagaimanapun mereka ini masih anak-anak,” ujarnya.
Meskipun hanya membuat satu gol, itu cukup melesatkan ASIOP di puncak klasemen. Mereka kian menjauh dari kejaran pesaingnya. Sang juara bertahan kini unggul empat poin dari Bina Taruna yang berada di peringkat kedua. ”Namun, kami belum aman dengan keunggulan empat poin ini. Masih banyak laga ke depan. Apa pun bisa terjadi,” ujar Agus.
Bukan tujuan utama
Adapun Ibnu Wibowo, pelatih Villa 2000, tidak kecewa meski timnya gagal membuat gol dan hanya imbang 0-0 dari penghuni zona degradasi, JFA. Menurut dia, mencetak gol bukanlah satu-satunya tujuan timnya.
”Tujuan utamanya adalah bagaimana membuat anak-anak bisa berkembang teknik dan permainannya, paham taktik, serta legawa menyikapi hasil apa pun. Jadi, tidaklah ada masalah meskipun gagal membuat gol,” tutur Ibnu yang sempat menghibur para pemainnya.
Mencetak gol memang masih menjadi masalah terbesar Villa 2000, tim asal Pamulang, Tangerang Selatan. Koleksi gol mereka, yaitu 23 gol, adalah yang terendah di jajaran lima besar.
Padahal, jika mencetak gol dan menang, mereka bisa kembali ke peringkat keempat dengan menyalip Buperta Cibubur.
”Kendala kami adalah tidak adanya striker haus gol. Namun, kami enggan mengambil (striker) dari luar karena percaya dengan produk kami sendiri. Seluruh pemain kami adalah hasil binaan sendiri,” ujar Ibnu. (JON)