Risiko Cedera Dapat Dikurangi
Seorang pemain dari SSJ Kota Bogor tiba-tiba jatuh dan meringis kesakitan seusai melompat untuk menghindari benturan dengan pemain Villa 2000 pada laga Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14 di Lapangan Bea Cukai Rawamangun, Jakarta Timur, pekan lalu. Empat anggota tim medis segera berlari untuk memberikan bantuan dan menggotongnya ke luar lapangan.
”Anak ini kram dan salah jatuh sehingga pergelangan kakinya sakit. Dia harus diganti agar tidak menimbulkan cedera yang lebih parah,” kata Yudi Sabarudin, koordinator tim medis.
Cedera semacam itu sering dihadapi peserta Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14 (LKG) saat bertanding di lapangan. Kram, kelelahan, luka robek, cedera otot, sampai cedera tulang membuat mereka harus berhenti bermain untuk satu hingga beberapa belas laga.
Masalah seperti itu perlu dimengerti setiap pemain dan pelatih sehingga mereka dapat mencari solusi untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya masalah fisik selama pertandingan. Dengan latihan dan persiapan yang tepat, banyak risiko cedera dapat ditekan sehingga pemain belia masih dapat terus bermain sepak bola.
”Kram adalah masalah yang paling banyak muncul. Kram sering terjadi di betis, pergelangan kaki, paha, dan perut. Pada
kasus yang parah, pemain yang terkena kram harus ditarik keluar dan diganti pemain lain,” tutur Yudi.
Kram, lanjut Yudi, terjadi karena pemain kurang menjalani pemanasan dan peregangan sebelum pertandingan. Semua tim biasanya melakukan pemanasan dan peregangan sebelum memulai laga. Namun, selalu saja ada pemain yang tidak menjalankan instruksi itu dengan sungguh-sungguh.
Pemain cadangan juga sering mengabaikan pemanasan dan peregangan sebelum masuk ke lapangan untuk menggantikan pemain lain. Beberapa pelatih juga sering abai dengan kualitas pemanasan dan peregangan yang dilakukan pemain cadangan. Hal itu memicu kram pada pemain cadangan yang masuk ke lapangan.
Selain kram, kata Yudi, salah jatuh juga menjadi salah satu penyebab cedera. Salah jatuh terjadi karena pemain terlalu bersemangat, kurang perhitungan, dan ketidakstabilan.
Salah jatuh sering terjadi setelah pemain berebut bola atas atau berlari cepat sambil melompat untuk menghindari hadangan lawan. Salah jatuh terjadi juga saat pemain menggunakan tangan untuk menahan badan saat terjatuh.
Cedera yang biasa terjadi karena kesalahan saat jatuh biasanya adalah cedera otot pada pergelangan kaki. Namun, pada beberapa kasus, salah jatuh juga menyebabkan dislokasi tulang di tangan dan kaki.
Kelelahan
Kelelahan juga turut menjadi penyebab masalah fisik bagi peserta LKG. Pemain yang bermain lebih dari satu kali dalam seminggu sering mengalami kelelahan dan kehabisan napas di tengah lapangan.
Badan mereka menjadi lemas dan membutuhkan semprotan oksigen untuk memulihkan keadaan. Masalah semacam itu beberapa kali terjadi dan turut memaksa pemain keluar lapangan dan diganti pemain lain.
”Setiap SSB (sekolah sepak bola) idealnya memiliki tim medis sendiri untuk mengawasi kondisi dan persiapan fisik pemain. Tim medis dari tiap SSB juga diperlukan untuk menganalisis kondisi pemain mereka, apakah harus diganti atau bisa lanjut bermain,” ucap Yudi.
Bonni Safrudin Wijaya, Pelatih Bina Taruna, mengatakan, pihaknya berusaha mengintensifkan latihan fisik dan stamina pemainnya untuk mengurangi risiko cedera dan kelelahan. Setiap pemain juga diwajibkan melakukan pemanasan dan peregangan dengan benar agar terhindar dari kram.
”Kami juga terus melatih keseimbangan pemain agar mereka tidak mudah terjatuh saat melompat untuk menyundul bola atau menghindari tekel lawan,” ujar Bonni.
Pelatih Kabomania Indriyanto Nugroho juga mengungkapkan hal senada. Latihan fisik yang benar dapat menjadi kunci untuk mengurangi risiko cedera.
”Dengan latihan yang benar dan pengawasan dari tim pelatih, berbagai penyebab cedera dapat diatasi atau dikurangi. Namun, pemain juga harus disiplin untuk menjalankan latihannya dengan baik,” tutur Indriyanto. (ECA)