Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Pemain dan Pelatih Belajar Meredam Emosi

 

JAKARTA, KOMPAS — Persaingan tim-tim yang berlaga di Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14 kian memanas pada pekan ke-11, Minggu (22/10), di GOR Ciracas, Jakarta Timur. Sayangnya, sebagian pemain dan pelatih tidak mampu menahan emosi ketika menyikapi tingginya tensi laga.

 

Hal itu terjadi, salah satunya, ketika sekolah sepak bola (SSB) peringkat pertama dan kedua klasemen bertemu, yakni Jakarta Football Academy (JFA) dan Mandiri Selection. Meski JFA tetap kokoh di peringkat pertama setelah laga itu berakhir imbang, 1-1, mereka juga mendapat kerugian besar.

 

Salah satu pemain JFA, Riski Praganta Ginting, diganjar kartu merah, satu menit sebelum laga usai. Riski terbukti memukul punggung pemain lawan, Rafli Rafa Zahid.

Dalam aturan Liga Kompas Gramedia (LKG), setiap pemain yang langsung mendapat kartu merah pada sebuah laga otomatis mendapat sanksi larangan bermain pada tiga pekan berikutnya. Sanksi itu masih bisa bertambah tergantung keputusan Komite LKG karena pelanggaran keras seperti pemukulan tidak pantas dilakukan pemain usia muda. Sanksi ini jelas merugikan pemain dan tim.

 

Adapun dalam laga itu, JFA sudah unggul 1-0 pada menit ke-26 melalui gol yang dicetak Nestor Agung Pambudi. Mandiri bangkit pada babak kedua dan bisa menyamakan kedudukan menjadi 1-1 setelah Rabbani Tasnim Siddiq mengeksekusi tendangan penalti dengan sempurna. Setelah skor menjadi imbang, permainan semakin panas dan keras.

“Saya melihat ini karena faktor kelelahan sehingga (Riski) emosi. Pasti akan saya berikan peringatan, karena dia sudah dua kali mendapatkan kartu merah,” kata Pelatih JFA Achmad Zulkifli. Skuad JFA akan mendapat teguran keras karena banyaknya pelanggaran itu justru menguntungkan lawan.

Pelatih Mandiri Selection Muksin Alatas mengatakan, tensi tinggi laga tidak bisa dihindari ketika sebuah kompetisi sudah jauh bergulir. Apalagi laga itu sangat krusial untuk menentukan tim peringkat atas. “Karena itu, kami terus meminta anak- anak untuk bermain sportif dan tidak mencederai pemain lawan,” katanya.

Kembali terulang

Pelanggaran seperti yang dilakukan Riski bukan yang pertama terjadi. Sejak awal musim ini, sudah ada empat pelanggaran berat. Dua pemain terbukti memukul lawan, satu pemain menyikut lawan, dan satu pemain menendang lawan.

Sebelum Riski, ada Ilham Mukmin dari Matador Mekarsari yang mendapat sanksi larangan bertanding selama empat pekan karena memukul lawan pada pekan ke-3.

Reza Ferdinan dari Bina Taruna mendapat sanksi larangan bertanding selama dua pekan setelah menyikut lawan. Pada pekan ke-5, pemain ASIOP Apacinti, Muhammad Uchida Sudirman, juga dilarang bermain dua pekan setelah menendang kepala lawan.

Pengawas pertandingan Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14, Erwin Winter, menjelaskan, pemain muda memiliki emosi yang masih labil. “Karena itu, liga ini tujuannya untuk melakukan pembinaan. Kami berharap, dengan diganjarnya kartu merah, pemain tersebut bisa berpikir untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi,” kata Erwin.

Kapten tim Bina Taruna, Earthon Samuel, membenarkan bahwa mengontrol emosi dirinya dan rekan-rekannya merupakan pekerjaan yang berat. Pemain cenderung ngotot, terutama jika pemain lawan juga kuat. “Apalagi lawan kami (Kabomania) punya pertahanan bagus,” katanya.

Dalam pertemuan antara Bina Taruna dan Kabomania itu, Minggu kemarin, ofisial dari kedua tim mendapat teguran langsung dari Ketua Komite Disiplin LKG Benyamin Leobetty. Ofisial Bina Taruna ditegur karena berusaha masuk ke lapangan dan ofisial Kabomania ditegur karena memprotes wasit dari bangku cadangan.

Manajer Tim Bina Taruna Jaka Lesmana berpendapat bahwa hal itu disebabkan salah komunikasi. Ia mengira wasit memanggil dirinya ketika ada pemainnya yang terjatuh di lapangan.

Sementara Pelatih Kabomania Abdul Rozak Sumual mengatakan, protes kepada wasit adalah tindakan spontan. Namun, mereka berusaha tidak sampai mencaci wasit karena dapat berpengaruh buruk kepada para pemain.

Menanggapi hal itu, Benyamin mengatakan, LKG tidak hanya jadi wadah untuk membina pemain muda, tetapi sekaligus para pelatihnya. “Pelatih akan selalu dicontoh pemainnya sehingga mereka juga harus mempunyai sikap yang baik di lapangan,” katanya. (DD05/DEN)

 

 

Sumber berita: https://kompas.id/baca/olahraga/2017/10/23/pemain-dan-pelatih-belajar-meredam-emosi/

 

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer