Profil Gavra Rakha Jabriel: Langkah Awal Menjadi Bek Modern
Bek Buperta Cibubur, Gavra Rakha Jabriel (14), merasa masih perlu banyak mengasah kemampuannya. Ia ingin menjadi bek modern seperti bek Liverpool, Trent Alexander-Arnold, yang menjadi idolanya.
Oleh: HERPIN DEWANTO PUTRO
Berperan sebagai bek sayap dalam sebuah tim sepak bola tidaklah mudah. Dalam pola permainan sepak bola modern, bek sayap tidak hanya jago dalam bertahan, tetapi juga mampu membantu membangun serangan dengan daya jelajah yang tinggi. Gavra Rakha Jabriel (14) berharap bisa menjadi salah satu bek sayap modern di Tanah Air.
Langkah awal bek Sekolah Sepak Bola (SSB) Buperta Cibubur ini dalam menggapai impiannya tersebut diperoleh selama mengikuti Liga Kompas Kacang Garuda U-14. Potensinya terus terasah hingga ia berhasil mendapat penghargaan sebagai pemain terbaik bulan Februari pada pekan ke-24, Minggu (1/3/2020).
”Penghargaan ini tentu menjadi motivasi bagi saya agar bisa bermain lebih baik lagi,” kata Gavra. Pelajar kelas VIII SMP Negeri 74 Jakarta Timur itu merasa butuh belajar lebih banyak sebelum bisa menjadi pemain sepak bola profesional. Ia merasa masih punya banyak kekurangan.
Gavra mulai berlatih sepak bola sejak kelas V SD. Saat itu ia sudah menunjukkan bakat dan pernah berlatih di SSB Persigawa sebelum bersama Buperta Cibubur. Ia beberapa kali mengikuti seleksi untuk mengikuti perhelatan Pekan Olahraga Pelajar (Porprov) sejak masih duduk di bangku SD.
Pengalamannya semakin bertambah ketika ikut mewakili DKI Jakarta untuk mengikuti turnamen di Thailand dan Jepang. Dengan bisa bermain hingga ke luar negeri, ia semakin yakin bahwa sepak bola sudah menjadi masa depannya. Bertemu dengan pemain dari negara lain memberinya wawasan baru.
Selama berlatih, Gavra semakin lama menemukan takdirnya sebagai bek sayap. Ia mengaku pada awalnya bisa menempati semua posisi. Namun, pelatih kemudian mengandalkannya sebagai bek sayap hingga saat ini. ”Saya lebih menikmati menjadi bek sayap,” katanya.
Dalam perjalanannya untuk mengembangkan diri, Gavra terinspirasi dengan gaya permainan bek sayap Liverpool, Trent Alexander-Arnold. Pemain yang baru berusia 21 tahun itu menjelma dari seorang pemungut bola menjadi pahlawan bagi ”The Reds”.
Gavra ingin menjadi bek sayap seperti Alexander-Arnold yang mampu menjadi wajah bek sayap modern. Bek yang tidak hanya berjasa di lini pertahanan, tetapi juga berkontribusi besar menciptakan peluang-peluang gol bagi tim. ”Sekarang saya masih perlu belajar banyak karena masih memiliki banyak kekurangan. Terutama karena saya masih kurang tenang saat bermain,” katanya.
Perkembangan pesat
Ketua Pemandu Bakat Liga Kompas Kacang Garuda U-14 Hadi Rahmaddani mengatakan, Gavra merupakan bek sayap terbaik yang ada di kompetisi saat ini. Perkembangan pesat yang ditunjukkan Gavra sejak awal kompetisi hingga saat ini menjadi pertimbangan utama tim pemandu bakat dalam memberikan penghargaan pemain terbaik.
Hadi menilai Gavra masih bisa jauh lebih baik lagi. ”Saran saya, Gavra harus lebih berani menekan lawan dan membantu serangan. Menjadi bek sayap memang berat karena harus bisa lari dari ujung ke ujung selama bertanding,” katanya.
Artinya, Gavra harus lebih banyak lagi melatih kekuatan fisik dan nalurinya dalam memberikan umpan-umpan akurat pada saat tim menyerang. Persis seperti yang dilakukan Alexander-Arnold di Liverpool saat ini.
Ibu Gavra, Sri Wahyuni, sangat berharap putra tunggalnya itu bisa tetap fokus berlatih dan menggapai cita-citanya sebagai pemain sepak bola profesional. Sejauh ini, Sri melihat Gavra selalu memanfaatkan waktu luang untuk mengasah keterampilan mengontrol bola.
Gavra pun diharapkan bisa melanjutkan pendidikan di sekolah yang bisa memberinya kesempatan untuk mengembangkan kemampuan di bidang sepak bola. ”Mudah-mudahan bisa masuk SKO (Sekolah Khusus Olahraga) Ragunan. Di sana sepak bola bisa lebih diutamakan,” katanya.
Sumber: KOMPAS.ID