Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Pemerintah Butuh Bantuan Swasta

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi (lima dari kiri) memakaikan kostum sepak bola kepada perwakilan peserta Kejuaraan Sepak bola Milo sebagai tanda dimulainya turnamen itu di GOR Soemantri Brodjonegoro, Jakarta Selatan, Sabtu (18/2). Turnamen yang diselenggarakan untuk anak-anak di bawah usia 12 tahun itu diharapkan menjadi wadah untuk pembinaan bibit-bibit pemain sepak bola nasional. Kompas/Herpin Dewanto Putro (DEN)

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi (lima dari kiri) memakaikan kostum sepak bola kepada perwakilan peserta Kejuaraan Sepak bola Milo sebagai tanda dimulainya turnamen itu di GOR Soemantri Brodjonegoro, Jakarta Selatan, Sabtu (18/2). Turnamen yang diselenggarakan untuk anak-anak di bawah usia 12 tahun itu diharapkan menjadi wadah untuk pembinaan bibit-bibit pemain sepak bola nasional.
Kompas/Herpin Dewanto Putro (DEN)

Jakarta, Kompas Pemerintah, seperti dikatakan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, tidak bisa sendirian membina sepak bola usia dini. Untuk itu, pemerintah terus mendorong swasta ikut membantu dengan menggelar turnamen di berbagai kelompok usia.

”Sejak 2016 kami terus mendorong swasta untuk ikut terlibat, dan kami pasti akan memfasilitasinya,” kata Imam Nahrawi di sela-sela pembukaan Kejuaraan Sepak Bola Milo U-12 (di bawah 12 tahun), Sabtu (18/2), di GOR Soemantri Brodjonegoro, Jakarta.

Menurut Imam, turnamen untuk pemain usia dini masih perlu diperbanyak lagi, terutama untuk kelompok U-12 dan U-10. Turnamen itu tidak hanya penting sebagai fondasi teknik dan keterampilan, tetapi juga membuat anak belajar berkompetisi.

Pada 2018, Imam berharap sudah ada kompetisi yang berkelanjutan sejak jenjang SD hingga SMA. Hal itu demi memastikan pembinaan bibit-bibit sepak bola nasional tak terhenti di kelompok umur tertentu.

”Negara-negara lain sudah melakukan itu. Indonesia harus melakukan hal serupa,” ujar Imam. Dengan pembinaan usia dini yang berkesinambungan, pemain naturalisasi tidak lagi dibutuhkan untuk mendongkrak prestasi tim nasional.

Oleh karena itu, Imam sangat mengapresiasi PT Nestle Indonesia yang telah menggelar Kejuaraan Sepak Bola Milo U-12 dalam tiga tahun terakhir. Pihak swasta lainnya diharapkan bisa melakukan hal serupa.

Selama ini sudah ada beberapa perusahaan yang menggelar kompetisi sepak bola usia anak-anak dan remaja. Kompas Gramedia, misalnya, juga sudah menggelar Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14.

Kejuaraan Sepak Bola Milo U-12 menyasar anak-anak usia SD. Turnamen yang berlangsung pada 18-19 Februari 2017 itu diikuti 8.000 siswa dari 512 sekolah. Turnamen ini diadakan di empat kota, yaitu Jakarta, Medan, Bandung, dan Makassar.

”Tahun lalu hanya 3.000 siswa dan di tiga kota, sekarang diperluas lagi,” kata Business Executive Officer Beverages Business Unit PT Nestle Indonesia Prawitya Soemadijo. Turnamen diperluas supaya lebih banyak bibit pesepak bola yang bisa ditemukan.

Turnamen itu lebih menjadi ajang pencarian bakat karena panitia akan menyeleksi 16 pemain terbaik untuk mendapat pelatihan lanjutan. Dari 16 pemain terbaik itu, panitia akan menyeleksi lagi pemain pilihan yang akan mendapat kesempatan mengikuti pelatihan oleh FC Barcelona di Spanyol.

Kerja sama dengan FC Barcelona baru dilakukan pada tahun ini. Adanya pelatihan di Spanyol ini diharapkan menjadi motivasi bagi peserta.

Utamakan karakter

Mantan striker tim nasional Indonesia, Indriyanto Nugroho, menjadi bagian tim pencari bakat dalam turnamen ini. ”Kami lebih mencari peserta yang punya karakter dan sikap yang baik. Bagaimana mereka menghargai pelatih, wasit, rekan, dan lawannya. Itu modal utama,” ujarnya.

Direktur Kompetisi dan Pembinaan Usia Muda PSSI Yusuf Kurniawan juga mengatakan karakter pemain lebih penting. ”Keterampilan masih bisa dilatih, tetapi soal karakter dan visi bermain itu mengajarinya susah jika sudah dewasa,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Yusuf juga mengatakan, PSSI sedang berupaya memperbaiki pendataan pemain-pemain muda. Saat ini jumlah pemain Indonesia yang terdaftar di FIFA hanya sekitar 67.000 pemain.

”Seharusnya bisa jutaan. Potensi di Indonesia besar sekali,” kata Yusuf. Oleh karena itu, PSSI membuat pendataan berbasis aplikasi supaya mudah diakses. Dengan pendataan itu, selain berguna untuk pemantauan, juga diharapkan bisa mencegah praktik pencurian umur. (DEN)

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer