Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Pembuktian Diri Orang Nomor Dua

KOMPAS/ I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA

Pemain Siaga Pratama berlari ke tepi lapangan untuk meminum air. Siaga Pratama harus puas bermain imbang 0-0 menghadapi Mandiri Selection di pekan ketujuh Liga Kompas Kacang Garuda U-14, Minggu (14/10/2018), di GOR Ciracas, Jakarta

Para asisten pelatih tim-tim Liga Kompas Kacang Garuda U-14 membuktikan kualitasnya ketika tim ditinggal pelatih kepala. Pada lanjutan Liga Kompas pekan kesembilan, Minggu (28/10/2018), orang nomor dua di dalam tim itu mengantarkan timnya meraih hasil positif. Seolah ingin mengingatkan kepada khalayak, peran mereka tidak layak dinegasikan.

Peran pelatih di dalam sebuah kesebelasan sangat vital. Merekalah yang bertugas memberikan porsi latihan, meracik strategi, dan memberikan instruksi di lapangan ketika tim sedang bertanding. Ibarat sebuah kapal, pelatih adalah nakhoda bagi tim. Namun, bagaimana jadinya jika sosok nakhoda itu tidak hadir di pinggir lapangan ketika pasukannya tengah bertanding?

Dalam situasi seperti itu ada peran dari sang pembantu atau asisten pelatih. Mereka kerap diidentikkan sebagai orang nomor dua dalam jajaran kepelatihan sebuah tim. Padahal, tugas dan kewajiban mereka sama beratnya dengan pelatih.

Sejatinya asisten pelatih adalah tangan kanan dari seorang pelatih. Di sesi latihan ia bertugas memberikan instruksi spesifik terkait apa yang diinginkan pelatih kepada para pemainnya. Di beberapa kesebelasan, terkadang ia sendiri yang menyiapkan peralatan-peralatan untuk latihan menggantikan tugas kit-man.

Tiga tim yang berlaga di pekan kesembilan Liga Kompas, yaitu Siaga Pratama, Jakarta Football Academy (JFA), dan Benteng Muda IFA tampaknya berutang banyak pada para orang nomor dua tersebut. Di kala pelatih kepala berhalangan hadir mendampingi tim bertanding. Mereka mampu mengemban tugas tersebut dengan baik.

Siaga Pratama yang dalam dua pertandingan terakhir nirkemenangan, pada pekan kesembilan mampu meraih kemenangan kedua musim ini. Asisten pelatih Siaga Pratama, Wanda Eka Prasetya, sukses menjalankan tugasnya menggantikan peran pelatih kepala Abdush Sobur. Siaga Pratama bahkan memetik kemenangan meyakinkan 2-0 atas Villa 2000, tim yang punya tradisi kuat di Liga Kompas.

Wanda menjadi pelatih interim setelah Abdush Sobur pamit undur diri dari tim dua hari jelang pertandingan pekan kesembilan. Abdush mengatakan, dirinya mengambil keputusan berat itu setelah kesulitan membagi waktu antara melatih dan mengabdikan diri menjadi guru di sekolah. Tidak ingin keseimbangan tim terganggu, Abdush memilih meninggalkan tim.

“Saat coach Abdush mundur, seluruh penggawa tim sangat terkejut. Tapi kami tidak boleh jatuh dalam situasi ini,” kata Wanda.

Sepeninggal Abdush, Wanda pun mengambil alih sesi latihan tim. Kehilangan sosok Abdush, kata Wanda, sangat berpengaruh terhadap mental para pemain. Namun, Wanda tiada henti-hentinya memotivasi para pemain. Dia tidak ingin tim tampil jelek, hasil minor tentunya akan membuat Abdush juga bersedih.

Suntikan motivasi dari Wanda membakar semangat para pemain. Mereka bertekad memberikan kado perpisahan terbaik bagi Abdush Sobur. Hasilnya, Siaga Pratama tampil trengginas. Villa 2000 mereka lumat dua gol tanpa balas.

Hasil akhir pertandingan itu menjadi kemenangan terbesar Siaga Pratama sejauh ini. Sebelum pekan kesembilan, rata-rata Siaga Pratama hanya berhasil melesakkan 1 gol saja. Mereka pun lebih banyak menuai hasil imbang dan kalah.

“Ini pertanda hasil latihan tim mulai terlihat. Kemenangan ini jadi momentum kami untuk meraih hasil-hasil positif lainnya,” ujar Wanda.

Kemenangan perdana

Torehan positif lainnya juga berhasil diciptakan asisten pelatih JFA, Abu Bakar. Tampil mendampingi tim untuk menggantikan pelatih kepala Winaryo yang berdinas ke Bandung, Jawa Barat, Abu Bakar memimpin JFA meraih kemenangan perdana mereka di Liga Kompas musim ini.

Menghadapi tim papan tengah Asiop Apacinti, JFA yang terbenam di dasar klasemen tampil menggebrak. Pemain JFA sangat militan dalam menggempur pertahanan Asiop Apacinti. Kemenangan tersebut diraih JFA lewat gol pada menit-menit akhir.

Ahmad Rifai berlari tanpa kenal lelah di sepanjang laga. Ia membelah sisi kanan pertahanan Asiop. Rifai mampu membawa bola dengan kencang dan lolos dari penjagaan tiga pemain belakang ASIOP.

Setelah itu, Rifai melakukan tusukan ke kotak penalti ASIOP dan melepaskan umpan datar ke rekannya, Raihan Putra Yadi, di lini depan. Tanpa pengawalan berarti, Raihan menggetarkan jala Asiop.

Kemenangan itu disambut suka cita oleh para pemain dan ofisial tim JFA. Selepas wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir, mereka bersujud syukur atas raihan positif perdana ini.

Abu Bakar punya peran vital memutus catatan negatif JFA selama ini. Ia memahami strategi apa yang harus diterapkan pemain. Abu Bakar menilai, JFA harus menyimpan tenaga mengantisipasi kelelahan pemain di menit-menit akhir. Oleh sebab itu ia memperkuat pertahanan dengan menurunkan pemain yang memiliki naluri bertahan tinggi.

Memasuki babak kedua, rotasi mulai ia lakukan. Satu per satu pemain diganti dengan yang memiliki keunggulan dalam kecepatan. Pemain dengan kecepatan mumpuni diposisikan di sayap dan lini depan untuk menambah daya gedor tim.

“Tujuannya agar bola dari gelandang bisa dioptimalkan. Taktik kami berjalan sukses. Gol tercipta dari skema yang kami rencanakan,” katanya.

Meski demikian, Abu Bakar merasa masih sangat banyak kekurangan tim yang mesti dibenahi. Salah satunya adalah aspek mental dan transisi dari menyerang ke bertahan. Hasil positif tersebut diakui Abu Bakar menambah kepercayaan diri pemain.

Sementara itu, Benteng Muda IFA belum dapat memetik poin penuh semenjak ditinggal pelatih kepala Sutarma yang mengalami gangguan kesehatan. Tugas Sutarma untuk sementara digantikan asisten pelatih Amsori. Amsori sudah tiga minggu ini menangani tim.

Di bawah kendali Amsori, Benteng Muda IFA belum pernah terkalahkan. Namun juga belum pernah menang. Kehilangan sosok Sutarma diakui Amsori memberi pengaruh besar terhadap tim. Ia kini terus berusaha menjaga agar Benteng Muda IFA tidak sampai menelan kekalahan hingga Sutarma benar-benar pulih.

Peran asisten pelatih memang tidak dapat dipandang sebelah mata. Setuju atau tidak, mereka memanggul beban yang sama dengan pelatih. Meski memang harus diakui peran mereka selama ini kerap kita abaikan. Kini mata kita mulai disadarkan dengan tangan dingin mereka.

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer