Jurus ASIOP Menjaga Konsistensi Permainan.
JAKARTA, KOMPAS Liga Kompas Gramedia U-14 sudah hampir memasuki separuh musim. Beberapa tim membuat awal yang bagus untuk menyelesaikan 30 laga. Di antara mereka, Sekolah Sepak Bola ASIOP Apacinti tampil paling menonjol, tak terkalahkan dalam 11 pertandingan yang sudah dimainkan.
ASIOP pun mantap di puncak klasemen dengan 29 poin, unggul dua poin atas peringkat kedua, SSB Kabomania. Tim yang bermarkas di Senayan ini tercatat bermain imbang hanya dua kali. Selebihnya, mereka selalu meraih tiga poin. Selain Kabomania, catatan bagus ASIOP hanya bisa didekati tim unggulan lain, yaitu Villa 2000 dan Bina Taruna yang sama-sama sekali kalah.
Pada pekan ke-11, Minggu (11/10), ASIOP mempertontonkan permainan gemilang saat menaklukkan juara bertahan, Rajawali Muda, dengan skor telak 4-0. Striker Dennish Diaz Himawan menjadi motor serangan timnya. Sentuhan satu-dua menjadi ciri khas permainan apik tim berkostum biru ini.
Dalam jumlah gol, ASIOP produktif mencetak 35 gol, jauh mengungguli Villa 2000 yang mengemas 23 gol. Untuk penguasaan bola, bersama Villa 2000 dan SSJ Kota Bogor, ASIOP menjadi tim dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi, yakni 58 persen.
Sejak tampil di Liga Kompas Gramedia, penampilan ASIOP terbilang sangat konsisten. Juara musim 2010-2011, 2011-2012, dan 2013-2014 ini hanya sekali terlempar di luar posisi lima besar.
Musim 2014, SSB yang berdiri pada 1997 ini tertahan di posisi keenam. Inilah posisi terburuk mereka sepanjang keikutsertaan di Liga Kompas Gramedia.
”Menjaga konsistensi saat mengarungi kompetisi yang panjang, seperti Liga KG, sangat sulit. Namun, kami punya jurus yang sederhana, yakni motivasi dan berlatih dengan baik,” ujar Barry Sidik, Pelatih ASIOP, di Jakarta, Sabtu (17/10).
Menurut Barry, yang harus
dipahami, pemain muda sering merasa jenuh bertanding. Ini akan berpengaruh terhadap kekompakan tim. Oleh karena itu, suntikan motivasi harus diberikan. Semua pemain perlu disadarkan untuk kerja keras. ”Setiap laga adalah final. Jadi, tampillah maksimal,” katanya.
Akan tetapi, lanjut Barry, dia juga tidak akan terlalu memaksa para pemainnya. Jika ada pemain yang tidak fit, porsi latihan selama 1,5 jam dikurangi.
Terkait kejenuhan para pemain, Barry, yang melatih sejak 2011, kerap mengajak mereka shalat atau makan bersama
setelah latihan untuk membicarakan hal lain selain sepak bola.
Saat latihan empat kali sepekan, Barry juga meminta anak asuhannya mengevaluasi pertandingan sebelumnya. ”Meski menang, evaluasi tetap dilakukan, seperti striker seharusnya bisa mencetak lebih dari dua gol,” katanya.
Selain itu, untuk mencapai target juara Liga KG 2015, Barry tidak membeda-bedakan pemain inti dengan lini kedua. Caranya, porsi semua pemain sama
saat bertanding, tidak ada yang lebih mendominasi penguasaan bola.
Sportivitas
Tidak cuma soal menang, kalah, atau berebut posisi klasemen teratas, para pemain, pelatih, dan suporter juga dituntut untuk menjaga sportivitas selama pertandingan. Apalagi, laga Bina
Taruna melawan Villa 2000,
pekan lalu, berjalan ”panas” dengan 22 pelanggaran. Di luar lapangan, suporter pun nyaris bentrok.
Direktur Kompetisi Liga KG Novi Krisnawan mengingatkan, sikap sportif pemain menjadi salah satu penilaian pemain terbaik setiap bulan. Apalagi, kompetisi Liga KG bertujuan untuk pembinaan karakter pemain, tidak hanya kemampuan menggocek bola. Novi menyayangkan jika setelah pertandingan masih ada pemain atau suporter yang ribut.
Oleh karena itu, lanjutnya, tradisi jabat tangan antarpemain dan pelatih harus terus dilaksanakan.
”Memang kalau jabat tangan rasanya lepas, tidak ada ganjalan lagi,” kata Rafiq Ramdhani, bek Bina Taruna. (B05/B02/OTW)