Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Profil Marselinus Ama Ola: Buah Keteguhan Marsel

Pemain Terbaik

Buah Keteguhan Marsel

 

Oleh YULVIANUS HARJONO

 

JAKARTA, KOMPAS – Marselinus Ama Ola (14), striker Bintang Ragunan, sempat didera krisis kepercayaan diri saat memulai Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2019-2020. Bayangkan saja, tidak satu pun gol terlahir dari kakinya di empat pekan awal Liga Kompas.

 

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Striker SSB Bintang Ragunan Marselinus Ama Ola (kanan) menerima penghargaan Pemain Terbaik Bulan November pada Liga Kompas Kacang Garuda U-14 yang diserahkan oleh Wakil Direktur LKG U-14 Emilius Caesar Alexey di Lapangan Sepakbola GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (1/12/2019).

 

Bagi ujung tombak yang menjadi andalan tim seperti dirinya, bukanlah kekalahan hal yang paling ditakuti. Kemenangan sekali pun terasa getir jika ia tidak mampu menunaikan tugasnya, yaitu mencetak atau mengkreasikan gol. Perasaan menyiksa itu sempat dialaminya ketika Liga Kompas masih menggunakan Lapangan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, sebagai arena laga.

Namun, Marselinus tidak berkecil hati. Ia justru kian giat berlatih dan mengoreksi hal-hal yang menjadi kekurangannya. Di lapangan berbeda, yaitu Stadion GOR Ciracas, Jakarta Timur, yang dipakai sebagai arena Liga Kompas mulai pekan kelima musim ini, ia menggila. Nyaris tiada pekan dilewatinya tanpa membuat gol atau asis.

 

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Striker SSB Bintang Ragunan Marselinus Ama Ola menerima penghargaan Pemain Terbaik Bulan November pada Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di Lapangan Sepakbola GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (1/12/2019). Selain mengantongi bersih dari catatan pelanggaran, ketrampilan teknis dan kemampuan serang menjadi salah satu penunjang dirinya terpilih menjadi pemain terbaik bulan November.

 

Total tujuh gol ia cetak sejak pekan kelima hingga ke-11, Minggu (1/12/2019) lalu di Ciracas. Perubahan signifikan itu membuatnya meraih penghargaan Pemain Terbaik di bulan November dari Suzuki. Ia menyisihkan penyerang-penyerang tersubur lainnya seperti Malik Kaldi yang telah mengemas sembilan gol di Matador Mekarsari dan M Taufiqul Hakim yang mengoleksi tujuh gol untuk Kabomania.

“Saya sempat dianggap tidak berkembang oleh pelatih ketika bermain di lapangan yang lebih kecil di UMJ. Saya pun mengubah cara bermain saya. Saya berlatih lebih keras lagi, yaitu tidak hanya dengan teman-teman satu tim (di Bintang Ragunan), melainkan juga di rumah. Saya sering berlatih dengan teman-teman di (kompleks) rumah,” ungkap remaja yang biasa disapa Marsel ini, Minggu lalu.

Berbeda dengan striker kebanyakan saat ini, Marsel berpostur tubuh mungil dan agak kurus. Namun, kekurangan fisiknya itulah yang menjadi keunggulannya. Meskipun terbilang mungil, ia kerap melewati bek-bek lawan yang lebih besar darinya berkat kecepatan lari dan teknik dribling-nya. Keunggulannya itu ia perlihatkan saat timnya menghadapi Intan Soccer Cipta Cendikia di pekan ke-11.

 

Striker SSB Bintang Ragunan Marselinus Ama Ola (kanan) berebut bola dengan bek SSB Intan Soccer Cipta Cendikia Muhammad Muthi Dzulkarnaen (tengah) dan kiper Intan Soccer Cipta Cendikia Muhammad Raffa Rolly Casillas Yasin (kiri) dalam laga Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di Lapangan Sepakbola GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (1/12/2019). Laga antara Bintang Ragunan melawan Intan Soccer Cipta Cendikia berakhir imbang dengan skor 1-1. SSB Bintang Ragunan saat ini menempati posisi ke 7 dalam urutan klasemen. Sedangkan SSB Intan Soccer Cipta Cendikia berada satu peringkat di atasnya ,yaitu posisi ke 6, dari urutan klasemen sementara LKG U-14 ini.  KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO (RON)

 

Saat itu, ia mencuri bola dan berlari meninggalkan dua bek lawan. Sayang, karena rumput lapangan yang tidak rata di GOR Ciracas, ia gagal menunaikan dribling-nya untuk melewati kiper Cipta Cendikia dan mencetak gol. Seperti idolanya Kylian Mbappe Lottin, Marsel juga fleksibel bermain di posisi striker maupun penyerang sayap berkat kecepatan dan insting tajamnya mencetak gol.

“Salah satu keunggulannya adalah adalah berlari solo dan kecepatan membawa bola. Bakatnya itu membuatnya kurang berkembang di lapangan kecil. Di lapangan ukuran standar, ia menjadi lebih hidup. Namun, kekuatan terbesarnya ada di dalam dirinya, yaitu keyakinan. Ia yakin bisa bermain sepak bola dengan benar dan berani menembak bola maupun melewati lawan-lawan,” ungkap Pelatih Bintang Ragunan Teuku Chairul Wisal.

Teuku bercerita, Marsel merupakan salah satu anak asuhnya yang paling disiplin dan rajin dalam berlatih. “Jika tidak ada urusan sekolah, ia selalu datang berlatih, entah itu hujan atau panas. Ia tidak pernah absen. Ia juga serius berlatih, bukan sekadarnya,” ujarnya.

Berkat ketajaman Marsel, Bintang Ragunan pun melesat di klasemen Liga Kompas. Tim debutan itu sempat terbenam di peringkat ke-14 pada awal musim ini. Namun, perlahan mereka bangkit dan kini menempati peringkat ketujuh. Dalam urusan mencetak gol, mereka hanya kalah produktif dari dua tim penuh pemain berbakat yaitu Matador dan Cipta Cendikia.

Meneruskan Ronaldo

Keseriusan Marsel menekuni si kulit bundar juga diungkapkan kakaknya, Ronaldo Marcofan Basten (21). Ronaldo bercerita, adik satu-satunya itu telah menekuni sepak bola sejak usia kanak-kanak. Ia sempat lama bermain futsal sebelum serius menekuni sepak bola lapangan lebar. Beruntung, di saat sama, kedua orangtuanya juga mendukung bakat Marsel.

 

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Striker SSB Bintang Ragunan Marselinus Ama Ola (depan)  berlaga melawan SSB Intan Soccer Cipta Cendikia pada Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di Lapangan Sepakbola GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (1/12/2019). Striker asal Nusa Tenggara Timur ini meraih penghargaan Pemain Terbaik Bulan November.

 

Menurut Ronaldo, awalnya, dirinya yang diharapkan menjadi pemain sepak bola profesional oleh kedua orangtuanya. Itu dibuktikan dari namanya yang diambil dari dua legenda sepak bola dunia, yaitu Ronaldo Luiz de Lima dan Marco van Basten. Namun, ia kurang berkembang. “Ambisi (orangtua) kini diteruskan oleh adik saya, Marsel,” ujarnya.

Seperti kebanyakan pemain muda, Marsel pun bermimpi bisa menjadi pesepak bola profesional dan mengenakan seragam Merah-Putih. “Saya ingin ke puncak (membela timnas sepak bola Indonesia) suatu hari nanti,” ujar Marsel, pelajar kelas 3 SMP Pattimura, Jakarta, kelahiran 21 Maret 2005 itu.

 

Sumber: Kompas.id

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer