Bus-bus Tim Peserta LKG
Sejumlah klub peserta Liga Kompas Gramedia U-14 Panasonic menggunakan bus sendiri untuk mengangkut pemainnya ke Lapangan C Senayan, Jakarta. Bus-bus itu mereka cat dengan warna khas dan mereka bubuhi tulisan sesuai nama klub. Mirip yang dilakukan klub sepak bola profesional.
Rona kelelahan tampak di wajah para pemain SSB Kabomania saat mereka selesai bertanding pada Minggu (8/11) lalu. Namun, setelah istirahat selama 30 menit, para remaja berusia 14 tahun itu kembali bugar dan langsung berbaris menuju bus klub.
Bus itu merupakan bus sedang yang berusia lebih dari lima tahun, tetapi masih dapat melaju dengan lancar. Bus dicat ulang dengan warna putih dan dihiasi warna kuning, hijau, dan hitam, dengan tulisan besar ”SSB Kabomania FC”.
”Keberadaan bus ini sangat membantu tim kami untuk berangkat ke Senayan dan pulang lagi ke Bogor. Apalagi, jarak tempuh dari asrama SSB ke Senayan sangat jauh,” kata Tommy Haryanto, Pelatih Kabomania.
Menurut Tommy, klubnya mendapatkan bus itu sejak pindah asrama ke Kampung Pasir Jambu, Sokaraja, Bogor. Di kampung itu terdapat seorang warga yang mendukung klub tersebut dan memiliki bus.
Warga itu memberikan hak pinjam pakai atas bus itu kepada Kabomania. Kabomania diizinkan menggunakan bus itu kapan pun, tetapi tetap harus membayar sejumlah dana untuk biaya bahan bakar dan pemeliharaan.
”Kami hanya membayar Rp 650.000 jika menggunakan bus. Uangnya didapat dari iuran orangtua pemain, Rp 100.000 per pemain. Jika menyewa bus dari pihak lain, kami harus membayar Rp 800.000 sampai Rp 1 juta,” kata Tommy.
Selain untuk mengikuti Liga Kompas Gramedia, Kabomania juga menggunakan bus itu untuk mengikuti berbagai turnamen dan liga remaja lainnya.
”Di bus, para pemain dapat membangun komunikasi di antara mereka. Hubungan pribadi dan komunikasi yang baik di antara pemain akan membantu mereka untuk saling mengerti saat di lapangan,” kata Tommy.
Sewa per musim
Pentingnya bus bagi transportasi klub juga diakui Zulhandikar, Pelatih SSB Tunas Cipta. Klub yang bermarkas di Kelapa Dua, Tangerang, itu sempat menggunakan lima mobil milik orangtua pemain untuk berangkat ke Senayan.
”Pada awal musim, kami berangkat dengan lima mobil karena belum dapat bus sewaan. Itu sungguh merepotkan karena kami terpisah,” katanya.
Setelah dua pekan, Tunas Cipta akhirnya mendapatkan bus yang dapat disewa selama satu musim. Tunas Cipta harus membayar Rp 800.000 setiap kali menggunakan bus itu.
”Bus ini memberi kami rasa tenang karena berangkat dan pulang bersama, tanpa ada yang terpisah. Kami juga dapat saling mengevaluasi dan menyemangati di dalam bus. Kami memiliki satu jam setiap berangkat dan pulang untuk berkomunikasi dengan intensif,” kata Zulhandikar.
Selain kedua klub itu, Cibinong Putra juga menjadi tim yang selalu membawa bus untuk mengangkut para pemain. Sementara Rajawali Muda cukup unik karena menggunakan truk militer untuk mengangkut para pemain. (ECA)