Kebugaran Stamina dan Produktivitas Gol pada Pagi Hari
Ada data statistik gol menarik yang muncul pada Liga Kompas Gramedia U-14 Panasonic selama 16 pekan. Dari analisis data yang diolah LabBola, institusi penyedia data dan statistik yang bekerja sama dengan LKG U-14 Panasonic, gol terbanyak terjadi pada pertandingan di pagi hari antara pukul 07.00 dan 10.00.
LKG diikuti sebanyak 16 tim yang berasal dari wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Setiap pekan mereka bertanding di Lapangan C PSSI Senayan, mulai pukul 07.00 sampai pukul 17.30. Total ada delapan pertandingan.
Dari 16 pekan, tercatat sebanyak 360 gol tercipta. Yang menarik, jika dikategorikan berdasarkan waktu, jumlah gol terbanyak terjadi pada pertandingan yang digelar pada pagi hari, yakni laga pertama dan kedua. Pada periode ini, total gol yang dilesakkan sebanyak 115 gol.
Menjelang siang, yakni pada pertandingan ketiga dan keempat (pukul 11.00-12.00), produktivitas tim dalam mencetak gol mulai menurun. Jumlah gol yang dilesakkan hanya 89.
Jumlah gol dan produktivitas tim bahkan semakin menurun pada laga kelima dan keenam. Pada pertandingan yang digelar siang hari, yakni antara pukul 13.00 dan 15.00, jumlah gol yang tercipta hanya 77 gol.
Produktivitas dan jumlah gol yang dihasilkan tim kembali mengalami kenaikan pada pertandingan yang digelar sore hari, yaitu pukul 15.00-17.00 (laga ketujuh dan kedelapan). Jumlah gol yang dihasilkan sebanyak 79 gol.
Faktor kebugaran stamina ikut memengaruhi produktivitas pemain dan tim dalam mencetak gol. Mantan pemain nasional era 1980-an, Dede Sulaeman, mengatakan, pagi hari memang menjadi fase kebugaran yang terbaik untuk tim. Ditambah juga dengan kondisi cuaca yang belum panas dan masih relatif sejuk.
Akan tetapi, untuk menjaga kebugaran stamina, bisa disiasati dengan pemilihan waktu istirahat yang tepat. ”Jadi, jika akan berlaga pada siang hari, mereka sudah harus bisa mengatur aktivitasnya dari pagi hari dengan tidak melakukan kegiatan yang terlalu menguras tenaga,” kata Dede.
Latihan
Persiapan lain adalah latihan. Latihan itu, lanjut Dede, terdiri dari latihan fisik, teknik, taktik, dan strategi. Jika seorang pemain atau atlet teratur dalam latihan fisiknya, dia bisa melakukan
bermacam latihan dengan sempurna.
Dalam latihan setidaknya ada beberapa komponen yang perlu dikembangkan, seperti kelenturan, kecepatan, kelincahan, kekuatan otot, dan daya tahan kardiovaskular.
Pada anak-anak tingkat usia muda seperti U-14, kondisi stamina dan kebugaran mereka belum sempurna.
”Jadi, memang wajar jika mereka masih kewalahan jika bermain di siang hari. Sementara pada sore hari dengan kondisi cuaca yang lebih sejuk, mereka lebih punya tenaga,” tutur Dede, yang saat ini juga menjadi pemandu bakat pemain di LKG.
Sementara itu, pemerhati pembinaan sepak bola usia dini, Taufik Jursal Efendi, menambahkan, kebugaran pemain juga bergantung pada asupan gizi yang mereka dapatkan.
”Energi yang diperoleh dari makanan dan minuman dengan energi yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme, kerja tubuh dan penyediaan tenaga (energi) pada waktu istirahat, latihan dan pada waktu pertandingan harus seimbang,” kata Taufik yang merupakan Ketua Umum Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia (ASSBI).
Menurut Taufik, secara umum, di Indonesia pembinaan pemain usia dini belum dengan cermat memperhatikan masalah gizi. Padahal, hal ini sangat memengaruhi perkembangan fisik dan stamina anak.
”Minimal harus mulai dibiasakan hidup sehat dengan
menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan sekitarnya. Anak juga harus dibiasakan makan makanan yang higienis dan mengandung gizi, misalnya empat sehat lima sempurna. Setidaknya ini untuk mencegah penyakit,” kata Taufik.
Dari 16 tim SSB yang berlaga, ASIOP Apacinti masih menempati urutan teratas dalam hal produktivitas. Dari 16 laga yang sudah dimainkan, tim yang bermarkas di Senayan, Jakarta, ini sudah mengemas 54 gol.
Villa 2000 berada di urutan kedua dengan 46 gol, sedangkan Bina Taruna di posisi ketiga dengan 33 gol. (OTW)