Merawat Konsistensi Atlet
Memasuki pekan ke-19 Liga Kompas Gramedia U-14 Panasonic, para pesepak bola muda dan tim pelatih semakin tertantang untuk memperlihatkan kemampuan. Pada saat yang sama, mereka juga harus bermain lebih konsisten agar peluang menjadi yang terbaik selalu terjaga.
Hingga pekan ke-18, ASIOP Apacinti menjadi salah satu yang terjaga konsistensinya sepanjang musim 2015. Hal ini terlihat dari statistik penampilan tim yang bermarkas di Kompleks Gelora Senayan, Jakarta, ini.
Data yang diperoleh dari Labbola menyebutkan, M Bagoes Salam Aryatama dan kawan-kawan mampu menjaga penguasaan bola di atas 55 persen setiap tampil. Bahkan, pada beberapa laga, penguasaan bola mereka mencapai 70 persen.
Hasilnya berbanding lurus dengan hasil pertandingan. Mereka memenangi hampir setiap laga ketika persentase penguasaan bola di atas 55 persen.
Pelatih Barry Sidik, Sabtu (12/12), mengatakan, setiap berlatih bersama, Bagoes dan kawan-kawan memang selalu dilatih untuk menguasai bola dengan baik dan berusaha agar lawan tidak dengan mudah merebutnya. Hal itu tidak terlepas dari filosofi permainan yang mereka anut. ”Kuasai bola, maka kesempatan untuk mencetak gol akan lebih besar,” katanya.
Dengan persentase penguasaan bola yang besar, kesempatan melakukan tembakan ke arah gawang lawan pun semakin besar. Statistik pun mencatat, ketika Prayogo Anggi Maulana dan kawan-kawan menguasai bola lebih dari 55 persen, mereka semakin sering melakukan tembakan ke gawang lawan. Mereka bahkan pernah melakukan tendangan terarah ke gawang lawan hingga 19 kali ketika persentase penguasaan bola mencapai 67 persen.
Namun, pada saat yang sama, konsistensi tidak akan memberikan peluang yang besar bagi sebuah tim untuk memenangi laga apabila tidak dibarengi kemampuan teknik, taktik, dan fisik yang baik.
Hal itu dirasakan ASIOP ketika harus bermain imbang, 1-1, saat berhadapan dengan Remci Tangerang pada laga Minggu (6/12). Meski menguasai jalannya laga, ASIOP hanya mengemas satu angka.
Hasil evaluasi tim seusai pertandingan, menurut Barry, adalah karena para pemain ragu-ragu. ”Ketika mereka menduga terjadi pelanggaran, ternyata tidak, karena wasit juga tidak meniup peluit,” tutur Barry.
Itu sebabnya fokus terhadap jalannya pertandingan tak boleh hilang. ”Semua hal itu, teknik, taktik, fokus, dan konsistensi berhubungan satu sama lain,” kata Barry.
Tantangan pelatih
Menjaga semua itu tidak mudah bagi pelatih. Barry perlu usaha ekstra. ”Kami, pelatih, harus sering mengajak mereka untuk berbicara terbuka. Tidak satu arah, tetapi dua arah. Mengoreksi hal-hal teknis, sekaligus menjadi teman bicara hal-hal non-teknis,” katanya.
Hal yang sama dialami pelatih Persigawa, Hariman Siregar. Mantan pemain tengah Persitara Jakarta Utara ini mengatakan, dia harus pintar-pintar berkomunikasi dengan Mahmud Cahyono dan kawan-kawan agar mereka selalu tampil apik di lapangan.
”Pelatih harus paham cara berbicara dengan para pemain muda. Mereka harus terus dibimbing,” katanya.
Aep Saeful Mulyana, pelatih yang baru beberapa pekan terakhir menangani Remci Tangerang, mengatakan, tantangan baginya adalah menyatukan dan mengeluarkan seluruh kemampuan pemain agar bisa tampil lebih baik. Apalagi, para pemain memiliki kemampuan individu yang baik. (MHD)