Pelajaran Berharga Saat Meremehkan Lawan
Kompas/Wawan H Prabowo (WAK)
JAKARTA, KOMPAS — Kabomania mendapat pelajaran berharga saat menghadapi Pelita Jaya pada pekan ke-26 Liga Kompas Gramedia, Minggu (31/1). Meremehkan lawan menjadi bumerang menyakitkan.
Kabomania, yang menjadi pemuncak klasemen sampai pekan ke-25 LKG, dipaksa bermain imbang tanpa gol oleh Pelita Jaya yang berada di zona degradasi. Kehilangan dua poin itu membuat posisi Kabomania rawan diambil alih ASIOP Apacinti dan Villa 2000 yang meraih nilai sempurna, tiga poin.
Serangan Kabomania lebih sering bertumpu di tengah meski gelandang dan bek Pelita Jaya menumpuk di posisi yang sama. Banyak umpan panjang yang mudah dipatahkan sehingga bola jarang mengalir ke kotak penalti. Penyerang Kabomania juga sering terlambat maju saat bola dikirim ke depan gawang.
Pola permainan cepat dengan variasi tusukan dari sayap dan tengah yang biasa diperagakan anak-anak Bogor tidak terlihat pada laga itu. Penyelesaian akhir depan gawang juga buruk.
”Biasa anak-anak kalau melawan tim yang begitu (peringkat bawah klasemen), ya, hasilnya seperti itu. Padahal, di atas kertas harusnya bisa (menang). Namun, kalau lawan tim yang kuat, mereka jadi tambah kuat. Anak-anak bermain tidak sesuai latihan. Mereka juga tidak menjalankan instruksi. Hari ini permainan tidak berjalan,” kata Tommy Harianto, pelatih Kabomania, usai laga.
Hasil imbang itu membuat Kabomania mengumpulkan 61 poin dan masih di puncak klasemen. Namun, ASIOP dan Villa 2000 yang mengantongi 59 poin dan 58 poin siap merebut posisi puncak jika Kabomania lengah.
Tommy mengatakan, dirinya akan memotivasi para pemainnya agar kembali bermain sepenuh hati pada laga berikutnya melawan ASIOP. Hasil seri itu dinilai sebagai pelajaran berharga yang tidak boleh terulang. ”Saya akan serahkan ke anak-anak. Jika mau juara, mereka harus bekerja lebih keras,” kata Tommy.
Asisten Pelatih Pelita Jaya Herlan Zulfikar mengatakan, hasil imbang itu sudah sesuai target timnya. Pelita Jaya memperkuat barisan bek dan gelandang di setengah lapangan pertahanan untuk menyulitkan Kabomania.
Pelita Jaya yang sering menyerang balik juga berpeluang mencetak gol. Namun, kecepatan para gelandang untuk maju sangat terbatas. ”Sebagian besar pemain kami kelas III SMP sehingga banyak yang sering meninggalkan latihan karena persiapan ujian. Kondisi itu yang membuat kesatuan tim kurang erat dan fisik tidak prima,” kata Herlan.
Pelajaran berharga
Pelajaran berharga juga didapat pemain Villa 2000. Kesabaran dan kejelian mereka mencetak gol diuji oleh Mandiri Jaya Bogor yang tampil bertahan.
Mandiri Jaya hanya membawa 10 pemain sehingga bertahan habis-habisan dengan delapan pemain di garis kotak penalti dan di depan gawang. Hanya satu penyerang yang ditinggal di depan untuk serangan balik.
Para pemain Villa 2000 menguasai bola pada 80 persen waktu pertandingan. Mereka mengurung pertahanan Mandiri Jaya dari semua sisi dan mencoba semua variasi serangan.
Namun, semua serangan tim asal Pamulang itu selalu dapat digagalkan oleh pertahanan Mandiri Jaya. Para pemain Villa 2000 akhirnya mencoba cara lain, yaitu mengendurkan serangan agar para gelandang dan bek Mandiri Jaya maju dan membuka pertahanan.
Taktik itu berhasil pada menit ke-53. Saat pertahanan mandiri Jaya agak longgar, Charalambos Elias Elliot melakukan serangan balik dan mencetak gol tunggal.
Gol dari penyerang keturunan Yunani itu membawa Villa 2000 meraih tiga poin dan membuka peluang bersaing menjadi juara.
”Ini pelajaran berharga. Kami belum pernah menghadapi tim yang super defensif dan menguji kesabaran kami,” kata Ilham, Asisten Pelatih Villa 2000.
Dani Fauzan, Asisten pelatih Mandiri Jaya, mengatakan, dia belum tahu kenapa 15 pemainnya tidak hadir saat mereka berangkat, Minggu pagi.