Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Bermain Tenang, Resep Kemenangan Tim

Pemain SSB Bina Taruna Dede Ibnu Hajar (tengah) berusaha melepaskan diri dari kawalan pemain SSB Cibinong Putra Mohammad Muhammad Rafli (kanan) dan Zaky Raihan dalam lanjutan Liga Kompas Gramedia U-14 Panasonic di Lapangan PSSI Senayan, Jakarta, Minggu (14/2). SSB Bina Taruna menang 2-0. Kompas/Hendra A Setyawan (HAS) 14-02-2016

Pemain SSB Bina Taruna Dede Ibnu Hajar (tengah) berusaha melepaskan diri dari kawalan pemain SSB Cibinong Putra Mohammad Muhammad Rafli (kanan) dan Zaky Raihan dalam lanjutan Liga Kompas Gramedia U-14 Panasonic di Lapangan PSSI Senayan, Jakarta, Minggu (14/2). SSB Bina Taruna menang 2-0.
Kompas/Hendra A Setyawan (HAS)

Ada ungkapan Jawa, ”alon-alon waton kelakon” yang berarti perlahan tetapi pasti. Filosofi itu selaras dengan strategi yang menganjurkan permainan tenang, fokus, jeli menyiasati kebuntuan, tidak terburu-buru.

Saat pemain bisa menjalankan filosofi itu dikombinasikan dengan sportivitas, mereka telah memegang resep jitu untuk menang. Filosofi itu dimunculkan talenta-talenta muda ASIOP Apacinti ketika menang 4-0 atas Annisa Pratama pada pekan ke-28 Liga Kompas Gramedia (LKG) U-14 di Lapangan C Senayan, Minggu (14/2) lalu.

ASIOP termasuk tim yang mampu tampil tenang sejak musim pertama LKG U-14 pada 2010. ”Dengan bermain tenang, tim bisa mengatur irama permainan sesuai kebutuhannya,” ujar Pelatih ASIOP, Barry Sidik.

Dengan bermain tenang, pemain memiliki kesempatan berpikir dan memutuskan apa yang akan dia lakukan. Penguasaan bola dominan, mendikte permainan, meluncurkan serangan mematikan, dan kokoh dalam pertahanan adalah buah bermain tenang.

Padahal, pada pekan ke-27, Minggu (7/2), saat ASIOP melawan Kabomania, permainan tenang itu sempat menguap. Mereka bertekad memenangi laga untuk merebut posisi puncak milik Kabomania. Namun, ambisi itu justru membuat ASIOP terburu-buru dalam menyerang, maupun penyelesaian akhir. Alhasil, laga berakhir seri.

”Pekan lalu (7/2) memang banyak faktor, ya, mengenai hasil itu. Salah satunya terburu-buru, sehingga penyelesaian akhir tidak maksimal,” ujar Barry.

Salah satu dampak ketidaktenangan, juga terjadi pada pertandingan Villa 2000 melawan Mutiara Cempaka, pekan lalu. Dalam laga yang berakhir 4-3 untuk Villa itu, kedua tim berganti memimpin skor.

Mutiara Cempaka unggul terlebih dahulu melalui penalti yang dieksekusi kiper I Putu Wahyudi Suwardana, menit ke-23. Aranda Firdaus menambah keunggulan, menit ke-29. Semenit kemudian, M Rifqi Adira mencetak gol pertama bagi Villa 2000. Babak pertama berakhir 2-1 untuk Mutiara.

Tiga menit babak kedua dimulai, Villa menyamakan kedudukan melalui gol M Daffa Atthaariq. Villa sempat unggul 3-2, seusai gol Zahran Zhufaradifa. Namun, menit ke-49, Aranda Firdaus mencetak gol keduanya, sekaligus membawa Mutiara menyamakan skor 3-3.

Pada detik-detik akhir laga, Charalambos Elias membawa Villa 2000 menang melalui gol kemelut di depan gawang.

Asisten Pelatih Villa 2000 Ilham mengakui, anak-anak asuhnya bermain kurang tenang. Ia mengakui, pengaturan ritme pertandingan adalah salah satu hal yang diperbaiki di timnya.

”Mungkin karena sama-sama punya kepentingan. Kami mencoba dapat poin untuk mengamankan peluang juara, dan mereka berusaha menghindari degradasi,” ujar Ilham.

Pelatih Mutiara Cempaka Mohammad Nasir mengakui dari sisi materi pemain, timnya kalah kualitas. Maka dari itu, dia mencoba menerapkan strategi serangan balik. ”Ya, memang kami akui belum tenang. Wajarlah masih anak-anak,” ujar Nasir.

Indriyanto Nugroho, mantan pelatih Kabomania sekaligus tim Liga Kompas Gramedia SKF di Piala Gothia 2015, menilai, jika pemain muda mampu bermain tenang, itu faktor krusial memenangi pertandingan. Ketenangan bukan persoalan mudah, tetapi harus dibangun melalui proses panjang.

Tim-tim papan atas seperti ASIOP, Kabomania, dan Villa 2000, selalu mempersiapkan timnya minimal dua tahun sebelum ikut LKG U-14. Selama dua tahun itu, para pemain disiapkan dengan mengikuti berbagai turnamen di luar daerah, bahkan dengan tim sekolah sepak bola negara lain.

”Pertandingan dengan berbagai tim itulah yang membuat para pemain siap bersaing saat mengikuti LKG U-14. Mereka sudah terbiasa bertemu lawan berat dan dari berbagai daerah sehingga mentalnya lebih kuat,” ujar Indriyanto. (C11/ANG)

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer