Bukan Semata soal Juara
Perjalanan Liga Kompas Gramedia U-14 Panasonic musim 2015-2016 yang bergulir 11 bulan terakhir akan mencapai klimaksnya, Minggu (28/2) ini. Tiga tim berlomba menjadi juara, yaitu Kabomania, Asiop Apacinti, dan Villa 2000. Namun, esensi dari LKG U-14 sejatinya bukanlah semata mencari juara.
Mardia, orangtua Irfan Aldiansyah, sepanjang pertandingan berteriak memberikan dukungan bagi anaknya dan tim Mandiri Jaya Bogor. Meskipun tim itu dipastikan akan terdegradasi musim depan, semangat Mardia tetap hadir menemani anaknya yang tengah menempa keahlian mengolah bola sekaligus mental sportif di Senayan.
”Kalah atau menang itu biasa. Yang penting dukung anak-anak,” ujar Mardia yang Minggu (21/2) lalu hadir di Lapangan C, Senayan, Jakarta, ketika Mandiri menghadapi Kabomania. Dukungan itu tidak surut meski Irfan ditarik ke bangku cadangan dan timnya juga menelan kekalahan.
Yani, orangtua lainnya, rela hadir meskipun anaknya, Rivaldiyansah, tidak bermain. ”Anak saya sedang sakit. Tapi, saya tetap datang untuk memberikan dukungan. Ini, kan, juga tim anak saya,” ujar Yani yang berangkat dari rumahnya di Depok pukul 07.00 dengan mengendarai sepeda motor.
Pengorbanan tak kalah besar juga dilakukan Ali, orangtua Aliansyah, gelandang Tunas Cipta. Ali setiap pekan mau repot-repot mengurus sewa bus agar semua pemain Tunas Cipta bisa berangkat bersama menghadiri pertandingan.
”Kadang ada uang patungan dari beberapa orangtua. Kadang juga kalau kurang ya saya nombokin juga kekurangannya. Ya, tidak apa-apa buat anak,” ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai pemasok bahan baku sepatu dan sandal ini.
Seluruh dukungan dan pengorbanan Ali, Mardia, dan Yani itu semata dilakukan atas satu tujuan besar, yaitu harapan agar anak mereka suatu hari nanti bisa membela dan mengharumkan ”Merah-Putih” di panggung internasional.
”Anak-anak bercita-cita, saya mendukung dia dengan memasukkan ke sekolah sepak bola (SSB) dari kecil. Kalau dia serius dan bisa tembus tim nasional, saya bangga sekali,” ujar Yani.
Kristalisasi perjuangan
Tampil di kompetisi usia dini seketat LKG U-14 adalah pengalaman berharga bagi para pesepak bola muda, terutama di tengah ”keringnya” kompetisi usia dini di Tanah Air. Apalagi jika menjadi kampiun. Itu adalah kristalisasi dari perjuangan pemain, staf pelatih dan sekolah sepak bola, hingga para orangtua pembakar semangat anak-anak selama 30 pekan penuh—belum termasuk babak play off.
Kompetisi LKG U-14 musim ini merupakan yang terketat sepanjang sejarah. Tiga SSB, yaitu Kabomania, Asiop, dan Villa 2000, berpeluang menjadi kampiun. Ketiganya hanya dipisahkan jarak tiga angka, di mana Kabomania meraih 65 poin, Asiop 63, dan Villa 62. Ketiga tim bersemangat untuk meraih gelar juara pada pertandingan hari Minggu (28/2).
Di sisi lain, meski tidak banyak memengaruhi penentuan juara, 12 tim tetap bertanding dengan penuh semangat pada Sabtu kemarin. Terlebih bagi tim Mutiara Cempaka dan Pelita Jaya yang tengah berjuang untuk lolos dari zona degradasi musim ini.
Meski timnya berpeluang menjadi juara musim ini, bagi Pelatih Asiop Berry Sidik, gelar bukanlah segalanya.
”Yang terpenting, anak-anak memberikan yang terbaik, mempraktikkan hasil latihan rutin, di lapangan. Di laga terakhir pun saya minta anak-anak fokus all out (mengerahkan kemampuan terbaik), tidak perlu merisaukan hasil tim lain (Kabomania),” ujarnya.
Mencari tim juara memang bukan tujuan utama LKG U-14. Esensi dari kompetisi ini adalah menjaring bakat-bakat muda potensial. Untuk itu, pada Minggu ini akan diumumkan 24 pemain yang akan masuk dalam ”Tim Perang Bintang”. Tim yang terdiri atas para pemain terbaik LKG U-14, tanpa melihat posisi SSB di klasemen, itu merupakan cikal bakal dari tim pilihan yang akan tampil di ajang bergengsi, Piala Gothia di Swedia, tahun ini. (c11/jon)