Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Perjuangan Melelahkan di Turki

Para pemain Tim LKG-SKF Indonesia tengah naik pesawat yang akan membawa mereka keluar dari Istanbul, Turki menuju Gothenburg, Swedia, Senin (18/7). Tim LKG terjebak kudeta di Turki. Mereka terdampar di bandara Antalya selama 12 jam dan di bandara Istanbul 19 jam. Mereka berangkat 15 Juli, namun beberapa jam sebelum mendarat di Istanbul terjadi kudeta sehingga pesawat dialihkan ke Antalya. Kompas/Prasetyo Eko Prihananto (RAY) 18-07-2016

Para pemain Tim LKG-SKF Indonesia tengah naik pesawat yang akan membawa mereka keluar dari Istanbul, Turki menuju Gothenburg, Swedia, Senin (18/7). Tim LKG terjebak kudeta di Turki. Mereka terdampar di bandara Antalya selama 12 jam dan di bandara Istanbul 19 jam. Mereka berangkat 15 Juli, namun beberapa jam sebelum mendarat di Istanbul terjadi kudeta sehingga pesawat dialihkan ke Antalya.
Kompas/Prasetyo Eko Prihananto (RAY)

Anak-anak tim Liga Kompas Gramedia-SKF Indonesia, salah satu tim Indonesia di Piala Gothia 2016 di Swedia, melewati perjalanan dan tantangan penuh liku. Mereka telantar di bandara akibat upaya kudeta di Turki. Namun, itu tak merampas mimpi anak bangsa ini.

Mahmud Cahyono dan rekan setimnya di Liga Kompas Gramedia (LKG)-SKF merebahkan diri di lantai selasar Bandara Ataturk di Istanbul, Turki, Minggu (17/7). Tiada selimut atau bantal yang memisahkan mereka dari dinginnya lantai bandara, yang diguncang bom bunuh diri serta serangan teror pada 28 Juni lalu.

Minggu itu, anak-anak dari kelompok usia 14-15 tahun itu semestinya telah tiba di Gothenburg, lokasi Piala Gothia—turnamen sepak bola usia dini terakbar yang diikuti sekitar 1.600 tim dari 80 negara di dunia.

Namun, apa daya, alih-alih tiba di Gothenburg dan berlatih, tim yang digembleng berbulan- bulan untuk Piala Gothia 2016 itu justru terdampar di Istanbul, kota di Turki yang disinggahi pesawat Turkish Airlines yang membawa tim.

Seperti dilaporkan wartawan Kompas, Prasetyo Eko Prihananto, dari Istanbul, Senin (18/7), telah dua hari tim LKG-SKF terombang-ambing dalam ketidakpastian jadwal penerbangan, menyusul kekacauan akibat upaya kudeta militer Turki, yang merenggut 232 jiwa. Pada Sabtu (16/7), mereka terpaksa mendarat di Antalya karena persoalan keamanan. Kudeta mengguncang Turki Jumat (15/7) malam.

Namanya juga anak-anak, mereka belum tahu apa arti kudeta yang membuat mereka tertahan di Turki. ”Kami dengar ada kudeta, tetapi enggak tahu artinya apa,” ujar Muhammad Shiddiq, salah seorang pemain.

”Saya lihat di televisi ada ratusan korban tewas,” kata pemain lain, Muhammad Rifki Adira.

Ribuan warga Turki, Senin (18/7), masih berkumpul di kawasan Bandara Ataturk guna mengantisipasi kudeta susulan. ”Bandara terbesar di Turki itu sempat ditutup dua hari, yaitu tepat ketika tim LKG-SKF mendarat untuk transit, hari Minggu,” ujar Saut Lumban Tobing, pelatih tim LKG-SKF Indonesia, Senin.

Menurut Saut, ketelantaran di Turki memengaruhi mental pemain. ”Mereka lelah karena sekian lama menunggu di bandara. Namun, semangat masih ada, bahkan ada yang terus bernyanyi,” tutur Saut, melalui sambungan telepon dari Jakarta.

Anak-anak tim LKG-SKF, yang beranggotakan 18 pemain, beserta Saut Tobing dan sejumlah ofisial, kian terpukul seusai mendapati kenyataan, mereka gagal tiba di Gothenburg hari Senin, atau pada hari pertama penyisihan di Grup 34 kategori B15 (Boys 15), Piala Gothia. Tim LKG-SKF dijadwalkan menghadapi Korsnas IF, tim Swedia, Senin pukul 15.30 waktu setempat.

Karena tak hadir di lapangan Harlanda 1 sebelum tendangan awal, LKG-SKF lantas dinyatakan kalah WO (skor 0-3), dan sementara menjadi juru kunci di grup yang dihuni lima tim itu. Selasa (18/7) ini, mereka akan menghadapi dua tim dari negara mapan, Enskede IK-3 (Swedia) dan Manchester Grammar School (Inggris). Tim LKG-SKF yang diseleksi dari 400 anak peserta Liga Kompas Gramedia U-14 Panasonic di musim 2015-2016 itu masih punya peluang lolos ke babak berikut jika dapat menuai hasil positif dari kedua laga Selasa ini.

Tim Indonesia lain yang juga berlaga di Piala Gothia, dan sudah tiba di Gothenburg, sudah tampil dan menang. Tim Garuda Keadilan yang main di kategori B16 menang 4-1 atas Precor (Uni Emirat Arab).

Tertahan di imigrasi

Di tengah kegamangan, kabar gembira pun muncul setelah tim akhirnya mendapatkan tiket Turkish Airlines ke Gothenburg berkat atensi khusus dari Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan jajarannya. Jonan meminta pihak Turkish menerbangkan rombongan tim LKG-SKF yang beranggotakan 27 orang ke Gothenburg, Senin pukul 14.30 waktu setempat.

Rasa lega muncul. Namun, pada hari keberangkatan, masalah lagi-lagi menghadang. Seperti dilaporkan Novi Krisnawan, Direktur Kompetisi LKG-U14 yang ikut dalam rombongan, ia beserta 22 anggota tim LKG- SKF lainnya tertahan di bagian keimigrasian Bandara Ataturk.

”Sebagian teman dianggap penumpang ilegal karena tidak memiliki visa Turki. Mereka mempersoalkan kami yang keluar dari kawasan bandara (untuk menginap di hotel) dengan hanya mengantongi visa Schengen. Padahal, itu terpaksa dilakukan karena force majeur (kudeta yang berakibat pembatalan jadwal penerbangan di Turki),” tutur Novi.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang mendengar kabar itu langsung meminta perwakilan pemerintah, yaitu di Konsulat Jenderal RI di Turki, untuk menjelaskan masalah itu. Staf Konjen RI yang datang di Ataturk lantas membantu tim LKG-SKF, termasuk WNI lainnya, melobi Imigrasi Turki agar segera bisa meninggalkan Turki.

Saut Tobing—yang terus menyemangati anak-anak asuhnya selama terkatung-katung—berharap timnya tetap memberikan hasil terbaik di tiga laga tersisa demi nama harum Indonesia. (JON)

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer