Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Mereka Membuka Jendela Dunia di Gothenburg

Kiper tim Pinheiros EC memblok tendangan penalti dari eksekutor tim LKG-SKF Indonesia, Rabu (20/7) sore waktu setempat. Tim LKG terhenti di babak playoff A setelah kalah adu penalti melawan tim asal Brasil, 3-4. Kompas/Prasetyo Eko Prihananto (RAY) 20-07-2016

Kiper tim Pinheiros EC memblok tendangan penalti dari eksekutor tim LKG-SKF Indonesia, Rabu (20/7) sore waktu setempat. Tim LKG terhenti di babak playoff A setelah kalah adu penalti melawan tim asal Brasil, 3-4.
Kompas/Prasetyo Eko Prihananto (RAY)

Mahmud Cahyono dan kawan-kawan tak bisa menyembunyikan kesedihan setelah tendangan terakhir tim Liga Kompas Gramedia-SKF Indonesia pada adu penalti babak play off A ditepis kiper Pinheiros EC, tim asal Brasil, Rabu (20/7) sore waktu Gothenburg, Swedia. Mereka pun langsung terduduk, sebagian telentang di lapangan, kemudian menangisi kekalahan.

Adu penalti menghentikan langkah tim Liga Kompas Gramedia (LKG)-SKF di Piala Gothia 2016. Mereka tampil di kategori putra usia 15 tahun (Boys 15).

Kekalahan itu terasa lebih menyakitkan mengingat bantuan dan dukungan sejumlah pihak supaya tim bisa selamat mendarat di Swedia. Perjuangan melelahkan tim beranggotakan 18 pemain, ditambah pelatih dan sejumlah ofisial itu, dimulai sebelum tim menginjakkan kaki di Gothenburg.

Ujian yang dihadapi Mahmud Cahyono dan kawan-kawan sungguh luar biasa untuk para pemain seusia mereka. Tidak hanya kelelahan fisik, mental mereka pun harus mendapat ujian yang sangat berat.

Para pemain yang rata-rata masih berusia 14-15 tahun itu harus terdampar di negeri orang serta menghadapi situasi politik dan keamanan yang tidak pasti. Mereka sempat terjebak di tengah kudeta militer Turki yang menewaskan 232 orang. Mereka dalam ketidakpastian selama 33 jam, apakah bisa melanjutkan penerbangan ke Gothenburg untuk menjemput mimpi besar bermain di kejuaraan dunia usia muda itu.

Asa itu masih membara. Mereka tetap bersemangat untuk bertanding. Mereka lebih khawatir gagal bermain bola daripada kekhawatiran terjebak di tengah kudeta berdarah.

Secara total, tim asuhan pelatih Saut Lumban Tobing ini terdampar di dua kota, Antalya dan Istanbul. Di Antalya, mereka terjebak di bandara selama sekitar 14 jam dan di bandara Istanbul 19 jam. Selama terdampar, mereka tidak bisa istirahat dan makan secara layak.

Upaya mereka keluar Turki menuju Gothenburg pun penuh tantangan karena kondisi politik, keamanan, hingga penerbangan yang belum sepenuhnya normal. Tim akhirnya bisa keluar Turki dengan pesawat Turkish Airlines berkat perhatian khusus dari Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi beserta jajarannya.

Namun, tim LKG-SKF Indonesia tetap terlambat sampai di Gothenburg sehingga harus dinyatakan kalah walk out, 0-3, pada laga pembuka Grup 34, kelompok umur B15. Namun, tim LKG bisa lolos ke play off menghadapi Pinheiros setelah menang 5-0 atas Enskede IK 3 (Swedia), unggul 3-1 atas Manchester Grammar School (Inggris), dan menjinakkan Vanersborgs IF 2 (Swedia) 3-0.

Meski didera beragam masalah, perjuangan para pemain muda ini patut dibanggakan. Mereka tetap bermain penuh semangat, memberikan yang terbaik di tengah kelelahan dan persiapan yang berantakan karena kejadian di Turki.

Mereka pun tidak menjadikan situasi dan kondisi yang mereka hadapi sebagai alasan kegagalan mereka melaju ke babak berikutnya.

”Kami tidak bisa mengalahkan mereka dalam waktu normal. Kami kalah dalam adu penalti. Mereka pantas maju. Perjalanan ke Gothia Cup ini menjadi pengalaman berharga bagi kami,” kata Mahmud setelah bisa menerima kenyataan.

Kekalahan adalah bagian dari proses pembinaan. Pengalaman tersebut akan menempa para pemain muda itu untuk bangkit, dan memperbaiki diri. Piala Gothia juga mengajari mereka nilai-nilai sportivitas, keadilan (fairness), spirit main bersih (fair play), kerja keras, pantang menyerah, dan kerja sama tim.

Nilai-nilai itulah yang diingatkan kembali oleh Pelatih Saut Lumban Tobing kepada anak-anak asuhnya yang masih meratapi kekalahan.

”Saya tidak suka kalian seperti itu. Lawan lebih beruntung dalam adu penalti. Ayo bangun, kalian sudah berikan yang terbaik,” tegas Saut.

”Kalah-menang hal biasa. Perjalanan kalian untuk meraih cita-cita sebagai pemain sepak bola masih panjang,” kata Direktur Kompetisi Liga Kompas Gramedia-Panasonic U-14 Novi Krisnawan, sambil mengajak para pemain untuk memberikan ucapan selamat kepada para pemain Pinheiros.

Para pemain tim LKG-SKF Indonesia adalah hasil seleksi dan gemblengan Liga Kompas Gramedia-Panasonic U-14 musim 2015/2016.

Para pemain tim LKG-SKF Indonesia kali ini mendapatkan pelajaran dan pengalaman istimewa yang bisa menjadi bekal mencapai cita-cita besar sebagai pemain profesional.

Tak hanya pengalaman bertanding dan bertemu pemain muda dari sejumlah negara, Mahmud dan kawan-kawan juga mengalami peristiwa kudeta berdarah di negeri orang.

”Pengalaman itu sangat berharga. Mereka bisa belajar bagaimana harus bersikap atau berbuat saat menghadapi situasi darurat, bagaimana tidak menyerah saat semua jalan terlihat sudah mentok,” tambah Novi.

Pengalaman di Gothia ini tak akan pernah mereka lupakan. Ini adalah satu babak yang membuka wawasan sekaligus memupuk semangat mereka menggapai cita-cita.

Seperti kata Ethan Zohn, mantan pemain sepak bola profesional di Amerika Serikat yang dikutip dalam buku The World through Soccer: The Cultural Impact of a Global Sport, ”Sepak bola adalah bagian hidup dari miliaran pendukung (fans) dan pemain di seluruh dunia, dan itu membuat Anda mengerti satu sama lain: sepak bola ada dalam diri saya, itu bagian dari saya. Itu menjadi jendela untuk hidup di seluruh bagian dunia”.

(Prasetyo Eko Prihananto, dari Gothenburg, Swedia)

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer