Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Pemain Rantau Berjuang Melawan Rindu

Para pemain rantau di SSB Kabomania berkumpul di mess untuk mengisi waktu luang, Rabu (17/8), di Bogor, Jawa Barat. Ini menjadi salah satu kegiatan favorit mereka untuk mengusir rasa rindu pada rumah. Tim Kabomania U-14 memiliki sepuluh pemain rantau, antara lain dari Maluku Utara, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat. Areta Arlizar (C01) 19-08-2016

Para pemain rantau di SSB Kabomania berkumpul di mess untuk mengisi waktu luang, Rabu (17/8), di Bogor, Jawa Barat. Ini menjadi salah satu kegiatan favorit mereka untuk mengusir rasa rindu pada rumah. Tim Kabomania U-14 memiliki sepuluh pemain rantau, antara lain dari Maluku Utara, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat.
Areta Arlizar (C01)

Merantau sejak muda, sebelum 14 tahun, menjadi salah satu resep sejumlah pesepak bola untuk mematangkan diri sebelum menjadi pemain profesional. Termasuk, para pemain belia yang berlaga di Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14.

Di Sekolah Sepak Bola (SSB) Kabomania misalnya, tercatat 10 pemain yang berasal dari luar Jabodetabek. Manajemen LKG Panasonic U-14 memang menetapkan kuota sejumlah pemain non-Jabodetabek untuk bergabung dengan SSB peserta liga. Dengan catatan, mereka bersekolah di Jabodetabek.

Para pemain Kabomania itu datang dari berbagai sudut Indonesia dan kini tinggal bersama-sama di mes Kabomania di Bogor, Jawa Barat. Di mes berkapasitas 60 orang tersebut, para pemain dibina secara teknik ataupun akademik setiap harinya. Usia mereka bervariasi, 10 tahun hingga 17 tahun.

”Saya pindah ke sini karena keinginan sendiri. Kebetulan, orangtua juga mendukung,” ujar Putra Riski Kurniawan, gelandang Kabomania, yang telah merantau sejak dua tahun silam dari Jepara, Jawa Tengah.

Ia memilih bergabung dengan klub di Jakarta dan sekitarnya karena banyaknya kompetisi di sini. ”Di daerah, klub sepak bola banyak, tetapi tidak ada liga. Jadi percuma, latihan tetapi tidak main,” kata Riski.

Hal senada dikemukakan Kartika Vedhayanto Putra, kapten tim asal Salatiga, Jawa Tengah. Ia baru pindah setahun belakangan. ”Di Jakarta, bakat pemain lebih terpantau. Jadi lebih banyak kesempatan untuk berkembang,” ujar pemain yang biasa dipanggil Vedha ini.

Erlangga Yusril, pemain asal Ternate, Maluku Utara, justru disuruh merantau oleh pamannya yang juga tinggal di Bogor. ”Awalnya karena Om tahu saya suka main bola, jadi disarankan pindah ke sini,” katanya.

Ia yang sudah setahun lebih tinggal di mes sudah merasa betah dan senang tinggal beramai-ramai. Erlangga pun merasa kemandiriannya berkembang pesat. Selain harus berlatih, ia juga harus mengurus diri sendiri dan mengatur waktu.

Para pemain rantau memang harus pintar-pintar mengombinasikan latihan dengan sekolah. Sebab, latihan mereka terbilang intensif, enam kali sepekan dengan durasi 1,5 jam. Sementara itu, kewajiban akademik juga tetap menunggu. Pemain yang nilainya jelek tak boleh bermain oleh Manajer SSB Kabomania Imam Prasodjo. Erlangga bahkan pernah menangis karena larangan itu berlaku baginya.

Tinggal di mes berisi 60 orang menjadikan suasana ramai. Namun, mereka kerap juga diserang rindu. ”Sering kangen keluarga. Saya kangen masakan Mama, terutama ikan cakalang,” ujar Vedha sambil tertawa. Erik sering merindukan adiknya yang masih bayi, sementara Erlangga merindukan nenek dan ibunya.

Berkumpul bersama-sama menjadi salah satu cara para pemain menghibur diri. Para pemain Kabomania punya tempat favorit untuk berkumpul, yakni di kamar Arifin Setyadi, kiper.

Setiap pemain punya kontribusi masing-masing untuk mengisi waktu berkumpul itu. Ilham Prasetyo, pemain asal Melawi, Kalimantan Barat, kerap menjadi pemain gitar saat berkumpul. ”Paling kami bernyanyi ramai-ramai, supaya tidak sepi,” katanya.

Mereka juga memiliki
hobi sendiri-sendiri. ”Kalau
waktu luang banyak, saya senang memancing ikan di kolam mes,” ujar Yoshua Erik, pemain asal Sleman, DI Yogyakarta. Sementara Vedha sangat suka bermain karambol.

Akan tetapi, kejenuhan dan kerinduan itu dianggap para pemain sebagai kewajaran. Sebab, merantau bagian dari perjuangan untuk mengejar cita-cita jadi pemain profesional. ”Kalau sudah kangen, paling teleponan. Yang penting semua dijalani dulu saja,” kata Vegha. (C01/C05)

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer