Merajut Mimpi Membela Tim ”Garuda”
Kompas/Herpin Dewanto Putro(DEN)
Mengenakan kostum tim ”Garuda” dan membela ”Merah Putih” menjadi impian setiap anak yang berniat menjadi pesepak bola. Di GOR Pertamina, Simprug, Jakarta, Kamis (2/3), mereka berkesempatan mewujudkan mimpi itu.
Kesempatan emas datang dari pelatih timnas U-16 Fakhri Husaini yang mencari pemain muda berbakat. Kamis pagi itu, Fakhri memantau kebolehan 66 pemain pilihan dari Liga Kompas Gramedia (LKG) Panasonic U-14. Ia ingin menemukan calon skuad Garuda melalui seleksi peserta LKG U-14 musim ini.
Tak mau melewatkan kesempatan itu, Rainhard JM (15) dan ayahnya, Herman Marpaung (46), berangkat dari rumahnya di Bekasi pukul 05.00. Bagi Rainhard, yang mulai bermain sepak bola sejak kelas II SD, ajang pencarian bakat calon pemain timnas seperti ini merupakan pengalaman pertamanya.
Ketika pemain Sekolah Sepak Bola (SSB) Garuda Putra Bekasi itu mendapat giliran bertanding, Herman memberikan dukungan dari pinggir lapangan sambil sesekali berseru, ”Kejar terus… ayo oper… yaaahh.”
Herman bukanlah pemain sepak bola. Namun, melihat Rainhard sangat tertarik terhadap sepak bola, ia segera mendaftarkan putranya itu ke SSB. ”Saya sangat mendukung. Bangga kalau anak saya bisa tampil membela negara,” katanya.
Dukungan bagi anaknya yang ingin menjadi sepak bola profesional juga diberikan Heri Mugianto. Selain memasukkan Fadilah Nugroho (14) ke SSB, ia juga menjaga nutrisi bagi anaknya itu. ”Saya juga minta anak saya mengurangi kegiatan di luar rumah. Setiap hari harus istirahat cukup,” kata Heri.
Rainhard, Fadilah, dan peserta lainnya pagi itu mengikuti sesi pertandingan. Sebanyak 66 pemain dibagi menjadi enam tim sehingga ada tiga laga. Fakhri duduk di tribune sambil mengamati dan mencatat penampilan para peserta.
”Saya enggak biasa main di lapangan sintetis seperti ini. Memang larinya bola jadi agak kencang,” kata Alif Rifdah Halim (15), pemain SSB Rajawali Muda, mengomentari laga yang dijalaninya.
Fakhri mengakui, kondisi lapangan bisa memengaruhi permainan seseorang. Namun, ia menegaskan, hal itu tak bisa jadi alasan karena pemain sepak bola yang bagus akan cepat beradaptasi dalam kondisi apa pun.
”Tetapi, setidaknya penampilan anak-anak yang punya kesempatan mengikuti liga seperti LKG jauh lebih baik ketimbang mereka di daerah yang tidak punya kompetisi,” ujar Fakhri.
Hasil pemantauan
Fakhri mengakui, keberadaan LKG Panasonic U-14 memudahkan dalam mencari bibit berbakat calon pemain timnas U-16. Apalagi 66 pemain yang dipanggil mengikuti seleksi merupakan hasil pemantauan tim pemantau bakat LKG selama hampir satu musim terakhir. Tim terdiri dari akademisi dan praktisi sepak bola berpengalaman, salah satunya Dede Sulaeman, mantan pemain timnas Indonesia.
Hasil pemantauan itu, dari tahun ke tahun, dijadikan dasar pembentukan tim LKG U-14 yang dikirim ke Piala Dunia usia dini, yaitu Piala Gothia di Swedia. Tak heran, hingga saat ini, kompetisi usia dini seperti LKG U-14 rutin mencetak pemain-pemain timnas Indonesia, seperti Egy Maulana Vikri, Aria Bima Bagaskara, Ramdani Tawainella, dan Rama Pamungkas.
Egy Maulana bahkan pernah menjadi kapten timnas U-16 dan pemain terbaik di Piala Gothia kelompok umur U-15 pada 2016. Ia juga mengantarkan SSB ASIOP Apacinti menjadi kampiun di turnamen tahunan itu. Ia kembali dipanggil Fakhri untuk mengikuti seleksi timnas U-16.
Ahmad Nur Hardianto (21), striker klub Persela Lamongan yang dipanggil mengikuti seleksi timnas U-22 asuhan pelatih asal Spanyol, Luis Milla, mengaku, pembinaan usia dini sangat berpengaruh terhadap karier sepak bola profesionalnya. Striker yang menangis haru ketika dipanggil mengikuti seleksi oleh Milla itu mengatakan, tempaan SSB di daerah asalnya, di Jawa Timur, telah mengasah teknik dan ilmu sepak bolanya. (DEN/JON)