“Filanesia” Jadi Kunci Penampilan Positif Astam
JAKARTA, KOMPAS – Sekolah sepak bola Astam berharap bisa melanjutkan tren positif mereka di ketika bertemu Matador Mekarsari pekan kelima Liga Kompas Kacang Garuda U-14, Minggu (30/9/2018), di GOR Ciracas, Jakarta. Filosofi sepak bola Indonesia atau “filanesia” menjadi kunci SSB Astam untuk kembali meraih poin penuh.
Pada pertandingan pekan keempat, Astam mengenggelamkan Kabomania dengan skor telak 4-0. Atas hasil itu, Astam kini berada di peringkat kelima klasemen sementara. Sedangkan, Matador Mekarsari bercokol di peringkat ke-10.
Arsitek Astam Dzulfikri Bashari El Hassan mengungkapkan, performa mengesankan timnya kala menggilas Kabomania tak lepas dari filanesia yang ia terapkan. Filanesia memiliki tiga poin penting, yaitu proaktif, progresif, dan konstruktif.
Proaktif artinya selalu aktif dalam bermain menyerang maupun bertahan. Sedangkan progresif mengamanatkan pemain untuk senantiasa bermain ke depan. Adapun Konstruktif menekankan pada pola permainan yang dimulai dari bawah.
Dzulfikri masih belum puas terhadap kualitas pemain lapis kedua Astam. Baginya, masih ada perbedaan kualitas yang besar antara pemain utama dan cadangan. Oleh karena itu, dalam setiap sesi latihan, disparitas itu berusaha ia kikis.
“Karena ini kompetisi yang panjang, maka saya minta pemain lapis dua agar terus meningkatkan kualitas mereka, paling tidak bisa mendekati pemain utama,” ujarnya, Sabtu (29/9/2018).
Sementara itu, pelatih Matador Mekarsari Meika Suwasdika mewaspadai militansi para pemain Astam. Militansi pemain Astam, kata Meika, terlihat dari kegigihan mereka dalam merebut bola. Untuk itu Meika meminta pemainnya lebih banyak melakukan operan-operan pendek daripada berlama-lama membawa bola.
“Tapi saya melihat Astam juga masih sedikit labil kondisinya. Kadang bagus dan kadang di bawah,” ujar Meika.
Serupa dengan permasalahan yang dihadapi Astam, Matador Mekarsari pun merasakan kualitas pemain cadangan mereka belum setara pemain utama. Selain itu, sentuhan antarpemain juga dirasakan belum padu. Pekerjaan rumah ini yang harus segera diatasi Meika agar mereka tak menjadi korban berikutnya dari Astam. (I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA)