Salfas Soccer Berdiri, Narkoba Pergi
Hampir satu dekade silam, lingkungan Perumahan Nasional atau Perumnas 2 Karawaci Tangerang identik sebagai sarang peredaran narkoba. Di dekat lapangan sepak bola perumnas tersebut transaksi dan penggunaan obat-obatan terlarang kerap dilakukan. Kehadiran sekolah sepak bola Salfas Soccer mampu mengusir citra buruk tersebut.
Perumnas 2 Karawaci Tangerang tergolong jauh dari kebisingan kota. Saat siang menjelang sore hari suasana di perumahan itu cukup sunyi karena sebagian warga pergi bekerja. Kawasan perumnas itu menyimpan kisah kelam, 10 tahun lalu Perumnas 2 Karawaci Tangerang terkenal sebagai tempat peredaran narkoba.
Budi Irfandi (50) warga di sekitar Perumnas 2 Karawaci Tangerang menuturkan, pada tahun 2007 banyak transaksi narkoba dilakukan di Perumnas 2 Karawaci Tangerang. Kondisi itu membuat warga perumnas dan sekitarnya menjadi resah. Mereka ketakutan dan bingung bila anggota keluarga mereka terkena pengaruh buruk narkoba.
“Kami paling mengkhawatirkan dampak narkoba kalau sudah merasuki anak-anak,” ujar Budi ditemui di Perumnas 2 Karawaci Tangerang awal Desember 2018.
Aparat penegak hukum bukannya tidak bertindak. Beberapa kali polisi menangkap pengedar dan pengguna narkoba di kawasan tersebut. Tak sedikit pula korban berjatuhan. Sebagian warga yang terkena narkoba lalu menjalani rehabilitasi. Namun, hal itu tak cukup membantu mengenyahkan obat-obatan terlarang itu dari lingkungan Perumnas 2 Karawaci Tangerang.
Menurut penuturan Budi dan sejumlah warga, transaksi narkoba sering dilakukan di dekat lapangan sepak bola yang ada di dalam lingkungan Perumnas. Lapangan sepak bola yang semestinya menjadi sarana warga untuk berolahraga dan menjaga kesehatan justru membawa kehancuran.
Harapan untuk lepas dari pengaruh narkoba muncul ketika Irwan Salam mendirikan sekolah sepak bola (SSB) Salfas Soccer di kawasan Perumnas 2 Karawaci Tangerang. Kala itu, Irwan menyaksikan anak-anak bermain sepak bola di lapangan perumnas.
Anak-anak itu bermain sepak bola tanpa bimbingan pelatih. Mereka bermain tanpa dibekali teknik dasar sepak bola yang memadai.
Sebagai mantan pemain sepak bola, Irwan tergerak untuk membimbing anak-anak itu dengan bekal pengetahuan sepak bola yang didapatnya semasih aktif menjadi pemain. Selain itu juga Irwan telah mengantongi lisensi kepelatihan D Nasional yang ia peroleh pada 1999.
“Awalnya hanya ada 20 anak-anak yang saya beri pelatihan,” ujar Irwan.
Lambat laun, anak-anak yang berlatih di bawah bimbingan Irwan kian bertambah. Informasi mengenai Irwan yang memberi pelatihan teknik dasar sepak bola menyebar luas. Anak-anak asuh Irwan itu mempromosikan ihwal pelatihan yang diberikan Irwan kepada teman-temannya di Perumnas.
Setelah itu Irwan terpikir untuk membentuk SSB. Niat tersebut mendapat sambutan baik dari warga perumnas. Dengan berlatih sepak bola, setidaknya anak-anak muda di sana bisa terhindar dari pengaruh narkoba.
“Saya daftarkan anak saya untuk berlatih sepak bola. Agar dia punya wadah kegiatan yang positif,” ujar Budi.
Dari 20 anak, kini siswa SSB Salfas Soccer terus bertambah. Per Desember 2018 jumlahnya mencapai sekitar 200 siswa dari berbagai tingkatan kelompok usia, yaitu U-6, U-12, U-13, dan U-18.
Mayoritas siswa SSB Salfas Soccer merupakan warga Perumnas 2 Karawaci Tangerang. Hampir setiap sore hari suasana riuh anak-anak muda berlatih sepak bola terdengar dari lapangan.
Sibuk bersekolah dan berlatih sepak bola membuat anak-anak di perumahan itu terhindar dari pengaruh negatif narkoba. Situasi itu tentu tidak menguntungkan bagi pengedar narkoba yang masih mencoba menancapkan pengaruhnya. Beruntung Komando Rayon Militer (Koramil) 06/Jatiuwung pasang badan terhadap keberadaan SSB Salfas Soccer.
“Koramil 06/Jatiuwung melindungi kami karena SSB ini berpotensi dapat ancaman dari bandar narkoba,” ucap Budi.
Keberadaan SSB Salfas Soccer nyatanya mampu menghapus stigma negatif tentang Perumnas 2 Karawaci Tangerang. Kawasan yang dulu dicap sebagai sarang narkoba kini berubah menjadi kawasan penghasil pesepak bola berbakat.
Produk asli Salfas Soccer yang menonjol tentu saja M Rendy Apriyansyah. Pemain bernomor punggung 7 itu beberapa kali menyabet penghargaan pemain terbaik di sejumlah turnamen. Terbaru, Rendy diganjar penghargaan pemain terbaik Liga Kompa Kacang Garuda U-14 bulan November 2018.
Kebersamaan pemain yang sudah terpupuk karena berasal dari lingkungan perumahan yang sama membuat sentuhan antarpemain Salfas tidak dapat diremehkan. Koordinasi serta komunikasi antarlini yang baik membuat Salfas Soccer menjadi tim promosi yang disegani di Liga Kompas. Hingga pekan ke-16, Salfas Soccer bertengger di peringkat kedua, menempel ketat Ragunan Soccer School di puncak klasemen.
Performa anak asuh Irwan Salam terus menunjukkan perkembangan yang positif. Mereka menyapu bersih 4 laga terakhir dengan kemenangan.
Salfas Soccer menghadirkan secercah harapan bagi lingkungan tempat tinggal mereka. Dengan sepak bola, mereka menghapus citra buruk Perumnas 2 Karawaci yang dulu dikenal sebagai sarang narkoba.