Kabomania Mencoba Bangkit di 8 Laga Sisa
JAKARTA, KOMPAS — Di sisa 8 laga Liga Kompas Kacang Garuda U-14, sekolah sepak bola Kabomania mencoba bangkit. Kesebelasan asal “Kota Hujan” itu menolak terus dipecundangi tim-tim lain.
Pada pekan ke-22 Liga Kompas, Minggu (27/1/2019), di Stadion Gelanggang Olahraga Ciracas, Jakarta, SSB Kabomania menahan imbang tim paling produktif, Ragunan Soccer School dengan skor 0-0. Sepanjang pertandingan, pemain Kabomania tampil militan dan tak kenal letih.
Mereka terus berlari menjaga pergerakan pemain Ragunan Soccer School. Tak jarang tekel keras diperagakan pemain Kabomania untuk menghentikan manuver pemain Ragunan.
Semangat itu muncul setelah tim pelatih Kabomania memotivasi para pemain habis-habisan. Pelatih mengingatkan pemain untuk tampil maksimal di 8 laga sisa demi menjaga kans bertahan di Liga Kompas.
Saat ini, Kabomania tercecer di peringkat 12, dua strip dari zona degradasi. Kabomania telah menelan 9 kali kekalahan, 10 kali hasil imbang, dan 3 kemenangan.
“Pemain harus ingat, dia bermain untuk kebanggan tim dan harga diri warga Bogor,” ujar asisten pelatih Kabomania, Abdullah.
Kata-kata Abdullah membakar semangat pemain. Hujan yang mengguyur lapangan tak mampu memadamkan semangat para pemain Kabomania.
Di awal babak pertama, Ragunan Soccer School bermain sabar demi membongkar pertahanan rapat Kabomania.
Ragunan dominan dalam penguasaan bola, tapi Kabomania tak mau kalah dengan sesekali mengancam lewat serangan balik.
Fakhri Rizky meneror gawang Ragunan lewat sepakan bebas terukur. Tapi kiper Ragunan dengan sigap menghalau bola.
Ragunan membalas melalui skema tendangan bebas. Sayang sepakan Gandhi Wira Samudera masih belum menemui sasaran.
Menyadari lawan yang dihadapi adalah tim paling produktif di Liga Kompas, Kabomania menumpuk pemain di lini belakang ketika diserang. Saat pemain Ragunan menguasai bola, ada 5 hingga 6 pemain Kabomania berkumpul di area pertahanan.
Upaya tersebut cukup efektif meredam agresivitas Ragunan. Pemain Ragunan pada akhirnya terpaksa melepaskan tembakan dari luar kotak penalti.
Kabomania mulai mampu keluar dari tekanan di pertengahan babak kedua. Pemain Kabomania lihai memutus aliran bola pemain Ragunan sejak dari lini tengah. Setelah berhasil merebut bola, pemain Kabomania dengan cepat membangun serangan ke jantung pertahanan lawan.
Pemain serang Kabomania, M Ghifari Syhrunneza, mengancam lewat sepakan voli yang masih melambung di atas mistar. Begitu pula tandukan dari Adi Nugroho yang masih melenceng.
Kabomania mengambil alih kendali laga di 15 menit terakhir. Pun demikian, tak ada gol tercipta hingga laga usai.
Abdullah menyatakan sangat puas dengan hasil yang diraih anak asuhnya. Kunci meredam permainan Ragunan Soccer School, menurut dia, adalah menguasai lini tengah.
Di 15 menit terakhir laga, Abdullah menumpuk 5 pemain tengah dan 1 striker lincah di depan. Selain itu, ia menginstruksikan para pemain untuk tak berlama-lama menggiring bola di lapangan becek.
“Gelandang harus segera mengirim bola ke target man,” ujar Abdullah.
Strategi itu cukup ampuh untuk menekan Ragunan. Namun, penyelesaian akhir yang buruk membuat sederet peluang Kabomania tak mampu dikonversi menjadi gol.
Abdullah berkilah, timnya tak memiliki striker murni. Ia memasang gelandang serang lincah sebagai ujung tombak tim.
“Untuk menambah striker sudah tidak ada kesempatan lagi,” ucapnya.
Di sisi lain pemain Ragunan Soccer School Ziddan Haidar Fawwas mengatakan, kesulitan bermain di lapangan becek. “Penyelesaian akhir kami juga tidak terlalu bagus,” katanya.