Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Adre Arido, Semakin Terampil karena Tempaan

Direktur Kompetisi Liga Kompas Kacang Garuda U-14 Emilius Caesar Alexey (kiri) menyerahkan tropy dan hadiah untuk pemain terbaik dari Sekolah Sepak Bola (SSB) Bina Taruna Cibubur Andre Arido Geovani (kanan) di di lapangan GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (3/3/2019).

Selama ini kiprah kiper lebih dikenang karena blunder yang dia lakukan. Namun, pemain terbaik Liga Kompas Kacang Garuda U-14, Adre Arido Geovani, ingin membuktikan kiper bisa dikenang karena kualitasnya. Adre tumbuh di bawah tempaan. Cacian dan hinaan sudah sering ia peroleh, termasuk rentetan serangan dari pemain lawan. Semua penderitaan itu kian mengasah kemampuannya sebagai kiper.

Adre Arido seperti sudah berjodoh dengan posisi penjaga gawang. Sejak pertama kali berlatih di sekolah sepak bola (SSB) saat duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar, Adre sudah diplot sebagai penjaga gawang. Peran itu ia lakoni hingga saat ini. Posturnya yang menjulang mendukung tugasnya sebagai penghalau tembakan-tembakan lawan.

Keberadaan Adre di SSB Bina Taruna Cibubur bagaikan oase di musim panas. Bina Taruna Cibubur adalah salah satu tim peserta Liga Kompas dengan pertahanan terburuk. Barisan pertahanan Bina Taruna Cibubur sangat mudah diacak-acak dan ditembus pemain serang lawan. Rentetan serangan itu membuat Adre menjadi kiper tersibuk di Liga Kompas.

Data Tim 11, tim penyedia data statistik di Liga Kompas, menyebutkan, Adre telah mencatatkan 74 kali penyelamatan sukses sepanjang Februari 2019. Angka itu merupakan yang terbanyak di antara semua kiper.

“Adre punya reflek dan pandai membaca serangan lawan, dia kiper utama kami saat ini,” ujar pelatih Bina Taruna Cibubur Harry Salishbury, Minggu (3/3/2019).

Adre mengatakan, kemampuannya mementahkan peluang emas lawan tak diperolehnya begitu saja. Tapi ia dapatkan dengan melalui kerja keras dan penderitaan.

Sudah tak terhitung berapa kali Adre harus jatuh bangun demi menggagalkan peluang emas lawan. Ratusan tembakan dari para pemain serang lawan telah membentuknya menjadi kiper yang tangguh.

Cacian dan hinaan kerap ia dapatkan. Penonton tidak ingat berapa kali peluang emas sudah ia gagalkan. Namun, ketika lawan berhasil membobol gawangnya, amarah dan kekecewaan penonton meluap-luap.

Dia sangat sadar risiko menjadi penjaga gawang. Tapi karena telah mencintai peran tersebut, ia bersedia menanggung segala konsekuensinya.

“Karena saya yakin kalau bakatnya memang di kiper ya harus dikembangkan. Jangan putus asa karena cacian orang-orang,” ujar Adre.

Betapa pun sengsaranya berada di bawah mistar, Adre akan tetap berdiri di sana. Ia bertekad untuk berlatih keras agar suatu saat dikenang bukan karena kesalahan, melainkan karena prestasinya menggagalkan ribuan bola yang mengarah ke gawangnya.

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer