Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Atlet Muda Serba Bisa

Sempat menjadi kapten tim sepak bola LKG-SKF Indonesia yang menduduki peringkat ketiga Piala Gothia 2018, Muhammad Uchida Sudirman (16) muncul di SEA GAmes 2019 sebagai atlet muay thai dan meraih medali perunggu.

 

Oleh : ADRIAN FAJRIANSYAH DARI SUBIC, FILIPINA

 

Dua tahun lalu, Muhammad Uchida Sudirman berjibaku mengawal benteng pertahanan SSB Aciop Apacinti pada Liga Kompas Grameda U-14 2017/2018. Bakat besar itu mengantarnya menjadi anggota sekaligus kapten tim LKG-SKF Indonesia yang menduduki peringkat ketiga Piala Gothia 2018 di Gothenburg, Swedia.

 

Kapten Tim LKG-SKF Indonesia 2018 yang berlaga di Turnamen Piala Dunia Usia Remaja, Gothia Cup 2018, di Gothenburg, Swedia, Muhammad Uchida Sudirman. LKG/Parlindungan Siregar

 

Sejak itu, Uchida pun laris diperebutkan sejumlah klub sepak bola lokal nasional. Terakhir, dia bergabung dengan Persija U-16 dan U-18 yang berlaga di Liga Elite Pro Akademi U-16 dan U-18, serta sempat dipanggil membela Indonesia pada Piala Asia U-16 2018 di Malaysia.

 

Siapa sangka, setahun kemudian, Uchida tampil di atas ring bela diri muay di nomor muay thai boran pada SEA Games 2019 Filipina di Subic Exhebition and Convention Center, Subic, Filipina, Rabu (4/12/2019). Bersama rekannya, Lorens Walun, Uchida mampu merebut medali perunggu.

 

Uchida memang tergolong atlet serba bisa. Ketika berusia 8 tahun, atlet kelahiran Jakarta, 25 Maret 2003 itu pernah menekuni wushu dan sempat meraih perunggu salah satu nomor seni pada Kejuaraan Dunia Wushu Yunior 2010 di Beijing, China.

 

Bahkan, ia sempat berlatih dan bersaing dengan peraih emas wushu nomor taolo daoshu/gunshu SEA Games 2019 Edgar Xavier Marvelo. ”Selang setahun kemudian, saya sempat menekuni karate dan sempat juga juara pada sejumlah kejuaraan lokal tingkat remaja,” kata Uchida usai berlaga di Subic, Rabu.

 

 

KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Atlet muay thai Indonesia Muhammad Uchida Sudirman (merah) dan Lorens Walun (biru) tampil pada final muay thai nomor boran pada SEA Games 2019 Filipina di Subic Exhebition and Convention Center, Subic, Filipina, Rabu (4/12/2019). Pasangan Indonesia itu meraih perunggu dengan skor 8,84.

 

Pada 2012, Uchida tertarik dengan sepak bola. Lalu, atlet bertinggi badan 183 sentimeter itu pun bergabung dengan SSB Aciop Apacinti. Ddengan bakatnya yang besar,  ia menjadi pesepakbola tangguh di pososinya sebagai bek tengah. Hal itu mengantarnya bergabung ke sejumlah tim untuk ikut kejuaraan internasional tingkat yunior, salah satunya bersama LKG-SKF Indonesia di Piala Gothia 2018.

 

Tak lama mengenal sepak bola, Uchida coba menekuni muay thai untuk menjaga kebugaraan. Ternyata, ia pun bisa menekuni cabang bela diri asak Thailand ini dengan baik. Hal itu mengantarnya bergabung dengan timnas muay di nomor seni atau boran.

 

”Muay ini olahraga full body contact. Sama persis dengan sepak bola. Jadi dua olahraga ini punya keterikatan dan sangat menunjang saya dalam menekuni keduanya,” kata Uchida, yang membagi waktu latihan sepak bola dan muay pada pagi dan sore hari.

 

Bakat olahraga Uchida diturunkan dari kedua orang tuanya. Ayah Uchida, Sudirman Kadir Nur adalah mantan atlet karate nasional. Ayahnya itu sempat merengkuh dua emas dari nomor kumite 70 kilogram dan kumite beregu pada SEA Games. Karena karir panjang di karete itu pula, Sudirman memberi nama anak pertamanya itu Uchida yang berasal dari karateka legendaris Jepang Konaro Uchida.

 

 

KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Atlet muay thai Indonesia Muhammad Uchida Sudirman saat berlaga pada final nomor muay thai boran SEA Games 2019 Filipina di Subic Exhebition and Convention Center, Subic, Filipina, Rabu (4/12/2019).

 

”Pada Kejuaraan Dunia Karate di Meksiko pada 1980-an, saya kalah dari Konaro Uchida. Ternyata, dalam laga final, Uchida dibabat habis oleh karateka Prancis. Bahkan, wajahnya sampai berdarah-darah. Namun, dia tetap berdiri tegak sebagaimana semangat bushido. Karena itu, seisi arena justru mengelu-elukan nama Uchida. Peristiwa itulah yang membuat saya bertekad memberi nama Uchida pada anak lelaki saya suatu hari nanti,” tutur Sudirman.

 

Adapun ibu Uchida, Wiana Bachtiar adalah atlet judo nasional. Adik Uchida, Nur Mufida Sudirman adalah atlet loncat indah berbakat yang juga mulai berprestasi. Nur meraih dua medali emas dan satu perak dari disiplin loncat indah kelompok C (U-10) pada Kejuaraan Kelompok Umur Akuatik Asia 2019 di Bengaluru, India.

 

Muhammad Uchida Sudirman dilepas dengan tangisan oleh adiknya saat akan berangkat ke Swedia mengikuti Turnamen Piala Gothia tahun 2018.

 

Sudirman mengatakan, dirinya memang mendorong kedua anaknya untuk menggeluti olahraga. Menurut pria kelahiran Bugis, Sulawesi Selatan 51 tahun silam itu, olahraga merupakan media paling tepat untuk membentuk karakter manusia, terutama pada cabang bela diri.

 

Dari sana, terbentuk kedisplinan dan rasa percaya diri, tetapi tetap patuh pada kuasa Tuhan dan menjunjung rasa hormat terhadap orang lain. ”Warisan pendidikan karakter itu jauh lebih penting daripada warisan harta,” ujar Sudirman, yang juga menjabat Ketua Umum PB Muay Thai Indonesia tersebut.

 

Kendati demikian, Uchida tidak percaya bahwa gen adalah faktor utama munculnya bakat tersebut. Bagi dia, semua itu juga karena hasil kerja keras. ”Saya percaya bahwa kerja keras adalah alat untuk menuju kesuksesan. Sebesar apapun bakat, tidak akan pernah jadi apa-apa kalau tidak diasah dengan usaha keras,” pungkas Uchida, yang punya mimpi merengkuh emas di SEA Games bersama timnas sepak bola suatu hari nanti.

 

Kompas/Emilius Caesar Alexey

Para pemain tim Liga Kompas Gramedia-SKF Indonesia melakukan sujud syukur setelah mengalahkan Kinna IF pada laga perempat final Piala Gothia, Jumat (20/7/2018), di Lapangan Heden, Gothenburg, Swedia. Pada laga itu, tim LKG-SKF menang 2-1 dan melaju ke semifinal.

 

Dua perunggu

Selain medali perunggu dari Uchida dan Lorens, cabang muay thai mendapat satu medali perunggu dari pasangan putri Novita Ayuni dan Angelina Runtukahu.

 

Sudirman mengatakan, target mereka meleset di nomor boran itu. Tadinya, mereka mengincar minimal satu perak. ”Nomor seni ini tingkat subyektivitasnya tinggi. Walaupun kita sudah tampil cukup baik, tetap saja kalah dari Thailand yang pemilik asli olahraga ini dan Filipina yang menjadi tuan rumah,” katanya.

 

Namun, pelatih muay thai Indonesia Nisful Laili menyampaikan, timnya tetap optimistis bisa meraih dua emas dari lima nomor pertandingan. Target itu diharapkan didapat oleh Muhammad Fiqih yang turun di nomor tanding kelas 45 kilogram putra dan Irsalina di nomor tanding kelas 45 kilogram putri.

 

”Mereka punya pengalaman ketika melakukan pemusatan latihan di Thailand selama tiga bulan pertengahan tahun ini. Di sana, mereka banyak mengikuti kejuaraan elite Thailand dan beberapa kali menjadi juara,” tuturnya.

 

KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Atlet muay thai Indonesia Muhammad Uchida Sudirman (kiri) dan Lorens Walun  meraih perunggu cabang muay thai nomor boran SEA Games 2019 Filipina di Subic Exhebition and Convention Center, Subic, Filipina, Rabu (4/12/2019).

 

 

 

Sumber: Kompas.id

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer