Peran Besar Ibu dalam Pembinaan Usia Muda
Sosok ibu memegang peranan penting dalam pembinaan sepak bola usia muda. Berkat dukungan mereka, para pemain belia bisa menjalani latihan rutin, sehingga tim bisa tampil solid. Sosok ibu menjadi sumber motivasi pemain.
Oleh ADRIAN FAJRIANSYAH
JAKARTA, KOMPAS – Di balik performa apik sejumlah tim, terdapat sosok-sosok ibu yang dengan tulus dan tak kenal lelah mendukung anak-anaknya berjuang meraih mimpinya. Peran ibu dalam pembinaan sepak bola usia muda itu, sangat kental dalam Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di setiap musim.
Salah satunya adalah dukungan Efsita Ruri Lestari (35), ibunda kiper tim LKG-SKF Indonesia di Piala Gothia 2019 Adre Arido Geovani (15), yang musim ini membela SSB Bina Taruna. Efsita selalu mengantar dan menemani Andre berlatih sepak bola sejak usia 7 tahun.
Menjelang keberangkatan ke Gothia, Swedia, Efsita pula yang mengantar Andre dari Condet, Jakarta Timur ke Stadion Padjadjaran, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (25/5/2019). Hari itu, tim LKG-SKF Indonesia menjalani uji tanding melawan timnas Indonesia U-16.
Efsita mengendarai motor dari Condet ke GOR Ciracas, Jakarta Timur, kemudian ikut rombongan para orangtua naik mobil ke Bogor. Pulangnya, dia menumpang bus pemain. Namun, setiba di GOR Ciracas, hari sudah tengah malam.
Sayangnya, lampu sepeda motor Efsita rusak. Demi keselamatan, dia memilih menginap di mushola GOR Ciracas. ”Waktu itu, saya ditemani Ibu Ridho Julian (penyerang tim LKG-SKF Indonesia). Ibu Ridho tidak berani pulang karena sudah tengah malam dan rumahnya jauh, yakni di Tebet, Jakarta Selatan. Yah, demi anak, kami rela melakukan apa saja,” ujar Efsita ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu (21/12/2019).
Adre mengatakan, ibu sangat berperan besar dalam karier sepak bolanya. Ibunya selalu mendukung walaupun performanya sedang turun. ”Saya akan selalu ingat perjuangan mama selama ini. Itu adalah motivasi saya untuk mencapai cita-cita saya menjadi pemain sepak bola profesional, masuk timnas, dan membanggakan mama,” ujar Andre.
Dampak ke tim
Dukungan sosok-sosok ibu seperti Efsita itu, juga berdampak positif pada performa tim. SSB Matador Mekarsari membuktikannya. Musim lalu, mereka hanya finis di peringkat ketujuh . Musim ini, penampilan mereka melesat, bahkan sempat beberapa pekan di puncak klasemen. Pada pekan ke-13 mereka di posisi ketiga. Mereka masih berpeluang memperbaiki posisi pada laga pekan ke-14 di lapangan GOR Ciracas, Minggu (22/12) ini, yang bertepatan dengan Hari Ibu di Indonesia.
Pelatih Matador Mekarsari Supriyono Prima mengatakan, penampilan apik timnya sejauh ini tidak lepas dari dukungan penuh orangtua pemain, terutama ibu. Sejak awal musim, mereka berkomitmen untuk mendukung para pemain berlatih secara penuh setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Dengan demikian, semua jadwal latihan pun bisa diikuti semua pemain.
Hal itu membuat pelatih bisa lebih mudah untuk memberikan pemahaman taktik yang membuat taktik itu bisa berjalan optimal dalam pertandingan. ”Mendengar cerita dari manajemen, hal ini yang tidak terjadi di musim lalu. Untuk itu, prestasi di musim lalu tidak terlalu memuaskan,” tutur Supriyono.
Pelatih SSB Bina Taruna di LKG U-14 musim 2018/2019 Saut L Tobing menyampaikan, salah satu kesuksesan timnya juara musim 2018/2019 adalah, semua elemen dalam tim sangat kompak. Lebih-lebih, antara manajemen, pelatih, dan orangtua. Para orangtua, terutama ibu, selalu datang saat latihan maupun pertandingan.
Mereka pun punya komitmen untuk memfasilitasi anak-anaknya selalu latihan dan bertanding walaupun di tengah jadwal sekolah. ”Kondisi itu membuat suasana tim sangat bersemangat, terutama anak-anak di setiap pertandingan,” ujar Saut.