Profil Alfin Esa Ahmad: Ambisi Alfin Menembus Dunia
Alfin Esa Ahmad, penyerang Buperta Cibubur, menyabet gelar pemain terbaik Liga Kompas Kacang Garuda bulan Desember 2019. Alfin berambisi menjuarai Piala Gothia, turnamen di Swedia yang disebut ”Piala Dunia usia dini”.
Oleh YULVIANUS HARJONO
JAKARTA, KOMPAS — Satu kalimat mencengangkan keluar dari mulut Alfin Esa Ahmad (14), penyerang tim U-14 Sekolah Sepak Bola Buperta Cibubur, seusai menyabet gelar pemain terbaik Suzuki bulan Desember 2019 di Liga Kompas Kacang Garuda U-14, Minggu (5/1/2020).
”Saya ingin menjadi pemain SKF (tim seleksi yang mewakili Liga Kompas U-14 di Piala Gothia, Swedia) dan meraih gelar juara di sana,” bunyi kalimat pertama Alfin, pemain andalan Buperta, di hadapan sejumlah jurnalis yang mewawancarainya seusai pemberian trofi pemain terbaik itu.
Sedikit berbeda dengan para pemain belia kebanyakan di Liga Kompas, Alfin tidak canggung memperlihatkan kepercayaan dirinya. Karakter yang juga terlihat di medan laga itu telah dipupuknya sejak dini. Salah satu pencetak gol tersubur di Liga Kompas musim 2019-2020 dengan koleksi 11 gol itu kerap mengikuti berbagai turnamen di dunia.
Pada 2018, misalnya, Alfin turut membawa tim U-14 Sister City DKI Jakarta menjuarai turnamen Beijing Cup International School Football edisi ke-7 di China. Selain Buperta, Alfin juga rutin memperkuat tim U-14 DKI Jakarta di berbagai turnamen sister city di mancanegara. Thailand dan Jepang merupakan dua negara lain yang pernah disambanginya terkait sepak bola.
Juli 2019, ia dan timnya juga terbang ke Berlin, Jerman, untuk meladeni uji coba atau laga persahabatan kontra tim setempat, BFV Berlin. Sedikit berbeda dengan di Buperta, di tim DKI Jakarta, Alfin lebih sering bermain sebagai penyerang sayap kiri. Alfin memang tergolong striker modern yang tidak hanya punya insting tajam mencetak gol, tetapi juga teknik mumpuni dan pergerakan luas di lapangan.
Menurut Hadi Rahmadani, Koordinator Tim Pemantau Bakat Liga Kompas, Alfin bahkan bisa bermain di posisi penyerang lubang atau gelandang serang. ”Ia memiliki daya jelajah tinggi. Bahkan, idealnya, dia bermain di belakang striker. Namun, karena timnya Buperta tidak punya striker ideal, ia kini bermain di posisi itu,” ujarnya mengenai Alfin.
Sayuti, ayah Alfin, bercerita, anak keduanya itu tertarik dengan sepak bola sejak usia enam tahun. Awalnya, Sayuti tidak memiliki ambisi muluk-muluk terkait ketertarikan Alfin dengan olahraga terpopuler sejagat itu. ”Yang terpenting, saat sekolah, anak-anak punya hobi lain, (seperti) di olahraga, agar terhindar dari pergaulan negatif. Kita tahu sendiri bahayanya pergaulan remaja saat ini, yaitu mulai dari merokok hingga narkoba,” tuturnya.
Mengikuti jejak Egy
Lambat laun, bakat Alfin berkembang pesat melampaui kakak tertuanya yang sempat menekuni sepak bola, tetapi kini telah berhenti. Guna mendukung hobinya, saat tamat SMP, Alfin akan didaftarkan di Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan. Alfin ingin mengikuti jejak Egy Maulana Vikri, alumnus SKO Ragunan yang juga pernah tampil di Liga Kompas dan menjadi juara di Piala Gothia, Swedia, bersama Asiop Apacinti pada 2016.
”Baik latihan maupun saat bertanding, ia (Alfin) sama-sama ngotot. Ia juga disiplin menjaga kondisi tubuhnya dengan tidak begadang malam hari, seperti teman-teman seusianya kebanyakan. Sepak bola memang telah menjadi pilihannya dan sebagai orangtua saya hanya bisa mendorongnya,” tutur Sayuti kemudian.
Meskipun telah mengukir sejumlah prestasi bersama tim U-14 DKI Jakarta, Alfin tetap mawas diri. Target terdekatnya adalah lolos seleksi tim SKF Liga Kompas yang akan dipersiapkan tampil di Piala Gothia kategori Boys U-15, Juli 2020 mendatang. ”Saya terus berlatih rutin, hampir setiap hari, dan ingin memperbaiki penampilan,” ujar pemain kelahiran 10 Februari 2005 itu.
Sumber: Kompas.ID