“Mata-Mata” dari Tepi Lapangan
Sejumlah tim peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim ini mampu mendulang poin berharga di tengah kendala dan keterbatasan akibat bencana banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya.
Oleh YULVIANUS HARJONO
JAKARTA, KOMPAS – Pemandangan berbeda terlihat di tribune penonton Stadion GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (5/1/2020) lalu. Tiga pemain SSB Bintang Ragunan serius mengamati jalannya laga pekan ke-16 Liga Kompas Kacang Garuda U-14 antara Big Stars Babek dan Metro Kukusan.
Ketiga pemain itu memang ditugaskan khusus sebagai ”mata-mata” pada laga itu. Untuk itu, mereka dibebaskan dari tugas berlaga saat Ragunan menghadapi Buperta Cibubur, sejam setelah duel Babek kontra Kukusan. Babek merupakan calon lawan Ragunan pada laga pekan ke-17, Minggu (12/1/2020) ini.
”Ketiganya tidak saya masukkan dalam daftar susunan pemain hari ini. Namun, mereka tetap saya minta datang untuk memantau lawan (Babek). Jadi, saat bermain pekan depan, mereka punya informasi penting yang bisa disampaikan ke tim tentang lawan,” ujar Pelatih Bintang Teuku Chairul Wisal pekan lalu.
Kebijakan mengamati lawan ini merupakan upaya Teuku memotivasi para pemain yang tidak bisa diturunkan karena rotasi pemain. Langkah itu juga bisa mengasah pemahaman pemain tentang cara bermain dan taktik tim lawan. Aspek teknis seperti ini perlu mulai dipahami para pemain muda di kelompok usia 14 tahun.
”Dari pengamatan itu, saya berharap mereka bisa sedikit menganalisis taktik tim lawan, apa kelebihan dan kekurangannya. Lalu, pemain mana saja yang punya keunggulan dan berpotensi menjadi ancaman. Dari pengamatan itu, paling tidak, mereka bisa menyiapkan diri mengantisipasi laga selanjutnya,” ujar Teuku.
Selain tim peserta, sejumlah pihak juga acapkali memantau serius laga dan penampilan para pemain di Liga Kompas. Selain Tim 11, yang bertugas mencatat data statistik penampilan pemain, ada pula Tim Pemandu Bakat yang tidak pernah absen di tribune stadion. Mereka dengan serius melakukan tugasnya memantau laga dan para pemain dari menit ke menit hingga pekan ke pekan.
Minggu lalu, Liga Kompas kedatangan pemantau baru yang namanya tidak lagi asing di sepak bola nasional, yaitu Herry Kiswanto, bek legendaris tim nasional Indonesia. Ia ikut bergabung di Tim Pemandu Bakat yang lebih dulu diperkuat legenda tim ”Garuda” lainnya, Dede Sulaeman. Tim itu juga diisi Hadi Rahmadani, Asep Padian, dan Erlan Zulfikar.
”Telah sejak lama saya ditawari Dede bergabung di sini. Namun, baru sekarang punya waktu. Saya ingin berkontribusi ke akar rumput pembinaan sepak bola di Tanah Air,” ujar Herkis, sapaan Herry, yang sempat melatih berbagai klub sepak bola di Indonesia.
Menurut Dede, hadirnya Herry meningkatkan bobot dan prestise Liga Kompas. Ia akan memudahkan tugas tim, antara lain mencari bek tengah berbakat di liga usia muda itu. Bukan rahasia jika Indonesia kini kekurangan bek-bek nasional yang berkualitas.
“Insya Allah, dengan kehadirannya (Herry), Liga Kompas bisa melahirkan lebih banyak libero-libero nasional masa depan,” ujar Hadi, Koordinator Tim Pemandu Bakat Liga Kompas, di tempat yang sama.
Sumber: Kompas.ID