Liga KG
Beranda / Berita / Berita Detail

Kesiapan Pemain Lebih Utama

Kesiapan pemain lebih menentukan pada setiap pertandingan sehingga tidak semua tim mengalokasikan personel khusus untuk mengamati tim lawan.

 

Oleh  ADRIAN FAJRIANSYAH

 

JAKARTA, KOMPAS — Beragam cara dilakukan tim yang berlaga di Liga Kompas Gramedia U-14 untuk mencapai prestasi terbaik, termasuk secara khusus mengamati calon lawan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan, kesiapan pemain lebih menentukan hasil akhir pertandingan.

Hal itu tampak dalam laga antara tim peringkat keempat Big Stars Babek FA lawan peringkat kedelapan SSB Bintang Ragunan pada pekan ke-17 di Stadion Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (12/1/2020). Pekan sebelumnya, Bintang Ragunan menugaskan tiga pemain yang tidak ikut berlaga untuk mengamati permainan Big Stars. Cara ini sudah dilakukan sejak awal musim.

Namun, hasilnya tidak selalu sukses. Melawan Big Stars, Bintang Ragunan takluk 0-2. Gol Big Stars dilesatkan Muhamad Fajar Apriansyah menit ke-27 dan Muhammad Afrizal Suwandi menit ke-29. Hasil itu membuat Bintang Ragunan tertahan di peringkat kedelapan dengan 24 poin, sedangkan Big Stars kokoh di peringkat keempat dengan 33 poin.

Pelatih Bintang Ragunan Teuku Chairul Wisal mengatakan, upaya mengamati lawan adalah salah satu cara timnya meraih hasil optimal. Namun, dirinya tidak memungkiri, cara itu tidak selalu berhasil baik. Hal itu tak lepas dari kondisi mental bertanding pemain.

”Dalam pertandingan sepak bola, banyak faktor yang menentukan hasil akhir, dari mempersiapkan taktik dan strategi hingga mental bertanding. Kali ini, secara taktik kami siap, tetapi mental pemain tidak siap. Akhirnya, strategi yang telah disiapkan tidak berjalan sehingga lawan bisa merebut bola dan balik menekan,” ujarnya.

Pelajaran

Teuku menuturkan, dirinya tidak jera menerapkan cara ini. Paling tidak, cara ini bisa menjadi pelajaran bagi pemain. ”Pemain yang bertugas mengamati bisa belajar memahami taktik, strategi lawan, dan belajar menyampaikan apa yang mereka lihat. Secara tidak langsung, mereka memahami taktik dan ketika diberikan kontra strategi untuk lawan mereka lebih paham,” katanya.

Pelatih SSB Buperta Cibubur Jumhari Saleh mengutarakan, untuk pembinaan usia muda, paling utama adalah menyiapkan pemain dalam setiap laga. Hal yang dikejar adalah peningkatan kemampuan pemain, bukan sekadar hasil akhir atau prestasi tim.

Untuk itu, Jumhari tidak secara khusus mengamati tim lawan. Dia praktis hanya melihat sekilas permainan lawan ketika bertanding setiap pekan, atau mengevaluasi permainan lawan dari pertemuan di putaran pertama. Kadang, dirinya hanya mendengar sekilas permainan lawan dari para orangtua pemain yang menyaksikan permainan calon lawan.

”Kalau memata-matai lawan, nanti kita terpaku dengan penampilan satu-dua pemain. Itu justru nanti jadi bumerang. Jadi, saya lebih baik fokus saja dengan pemain sendiri agar mereka bisa menerjemahkan taktik dan strategi dari saya, serta bermain dengan kemampuan terbaik di setiap laga,” tuturnya.

Pelatih tim peringkat ketujuh SSB Intan Soccer Cipta Cendikia Yance Putra sependapat dengan itu. Fokus utama pembinaan usia muda adalah meningkatkan kualitas pemain, bukan mengejar prestasi tim. Oleh karena itu, tidak ada tim khusus untuk memantau permainan calon lawan.

”Saya menargetkan pemain di tim ini diambil untuk tim Piala Gothia 2020. Itu jauh lebih penting dan membanggakan ketimbang prestasi tim,” kata Yance.

Sumber: Kompas.ID

BERITA TERKAIT
Komentar
Berita Populer