Pertahankan Prinsip Bermain untuk Proses Pembinaan
Meski memetik hasil kurang memuaskan pada sembilan pekan terakhir, SSB Bina Taruna tidak akan mengubah cara bermain mereka pada pekan ke-19 Liga Kompas Kacang Garuda U-14 melawan SSB Siaga Pratama.
Oleh PRAYOGI DWI SULISTYO
JAKARTA, KOMPAS – Setiap tim olahraga pasti punya keinginan meraih kemenangan dalam pertandingan. Namun, mengajarkan anak-anak untuk bermain dengan baik dan menjunjung tinggi nilai sportivitas adalah bagian dari tujuan proses pembinaan usia dini.
Prinsip tersebut dipegang SSB Bina Taruna dalam mengikuti kompetisi Liga Kompas Kacang Garuda U-14. Meskipun hanya satu kali menang dalam sembilan laga terakhir, Bina Taruna tidak ingin mengubah cara mereka dalam bermain. Mereka tetap membangun serangan dari belakang dengan umpan pendek.
Pelatih Bina Taruna Dody Sahetapy menuturkan, timnya tidak akan mengorbankan prinsip yang sudah dibangun klub hanya untuk mencari kemenangan. Mereka tidak akan bermain dengan bola panjang dan membuang bola ke depan dalam menyerang.
”Kami tetap bermain dengan cara kami, siapa pun lawannya. Hasil apapun di pertandingan, mau naik atau turun, tidak akan memengaruhi cara bermain kami,” ujar Dody, Kamis (23/1/2020).
Bermain dengan umpan pendek membutuhkan ketenangan dan kemampuan teknik. Permainan akan membuat anak melalui proses berpikir dalam menyerang ataupun bertahan. Mereka tidak serta-merta menendang bola ke depan agar tidak kebobolan atau untuk menyerang lawan.
Dalam permainan bola pendek, pemain belajar untuk mengontrol bola dan memberikan umpan yang akurat kepada rekannya. Mereka juga belajar mengambil keputusan ketika berada dalam situasi tertekan.
Tantangan pun semakin besar karena kondisi lapangan GOR Ciracas, Jakarta Timur yang bergelombang. Situasi ini membuat beberapa tim memilih untuk melakukan permainan bola panjang. Namun, Bina Taruna tidak ingin melakukannya karena mereka ingin anak-anak dapat belajar menghadapi segala kondisi di lapangan.
”Kompetisi ini dibuat untuk pembinaan usia dini, bukan sekadar mencari kemenangan. Mereka harus belajar bermain bola dengan benar,” ujarnya.
Namun, Dody mengakui timnya menurun dalam 9 laga terakhir, sehingga merosot ke peringkat kelima. Padahal, di awal kompetisi, tim juara bertahan ini selalu bersaing dalam perebutan puncak klasemen.
Ia menuturkan, beberapa pemain mulai mengalami kejenuhan dalam mengikuti kompetisi yang panjang. Selain itu, beberapa anak didiknya juga kurang optimal saat latihan karena konsentrasinya mulai terpecah untuk persiapan ujian akhir di sekolah. Dalam situasi seperti ini, ia sangat mengharapkan dukungan dari orang tua pemain.
Situasi itu berbanding terbalik dengan SSB Siaga Pratama, lawan Bina Taruna pada pekan ke-19, Minggu (26/1). Musim lalu, Siaga Pratama mengakhiri kompetisi di peringkat ke-10. Kali ini mereka menduduki peringkat ketiga di bawah Buperta Cibubur dan Matador Mekarsari.
Posisi itu diraih setelah memperoleh 8 kemenangan dalam 9 laga terakhir. Padahal, Siaga Pratama sempat terseok-seok di awal kompetisi.
Pelatih Siaga Pratama Kusnadi mengungkapkan, timnya selalu menjaga kekompakan saat berlatih dan bertanding sehingga memperoleh hasil positif. Berbeda dengan Bina Taruna, ia memilih untuk melihat kekuatan lawan lebih dahulu sebelum menentukan strategi bertanding.
”Kami lihat pertandingan lawan sebelumnya dan cara bermain mereka di awal babak pertama. Setelah itu, kami cari cara untuk mengalahkan mereka,” ujar Kusnadi.
Ia mengakui, timnya beberapa kali memainkan bola panjang dari tengah ke depan untuk bisa mengalahkan lawan. Strategi tersebut dipilihnya ketika lawan terus menekan hingga ke lini pertahanan dan mereka tidak dapat mengembangkan permainan melalui bola pendek.
Sumber: Kompas.ID