Kekuatan Mental Menjadi Modal
Kekuatan mental menjadi modal besar bagi para pemain sepak bola untuk meraih hasil positif di atas lapangan. Karakter penting itu diperlihatkan sejumlah tim di pekan ke-21 Liga Kompas Kacang Garuda U-14, Minggu.
Oleh PRAYOGI DWI SULISTYO
JAKARTA, KOMPAS — Kekuatan mental menjadi modal besar bagi pemain sepak bola untuk dapat meraih hasil positif di atas lapangan. Karakter tersebut dibutuhkan agar para pemain dapat bermain dengan tenang, disiplin, dan terus berjuang hingga akhir pertandingan.
Hal itu salah satunya ditunjukkan Sekolah Sepak Bola (SSB) Buperta Cibubur pada pekan ke-21 Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di Lapangan GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (9/2/2020). Mereka bermain displin dan tidak terpengaruh permainan lawan. Alhasil, Buperta mampu mengalahkan Siaga Pratama 1-0.
Buperta berusaha mengontrol permainan sejak menit awal dengan mengandalkan umpan pendek. Namun, usaha mereka selalu mendapatkan rintangan karena para pemain Siaga Pratama terus memberikan tekanan kepada setiap lawannya yang membawa bola.
Siaga Pratama, yang tak terkalahkan sejak pekan ke-10, berusaha memainkan bola panjang untuk merusak konsentrasi para pemain Buperta. Akan tetapi, para pemain Buperta berhasil mengatasi tantangan tersebut dengan bermain disiplin. Mereka berani mengatur tempo permainan dan tidak gegabah saat menyerang.
Pelatih SSB Buperta Cibubur Jumhari Saleh mengatakan, mental pemainnya sangat kuat. Permainan mereka tidak dipengaruhi lawan karena terbiasa disiplin. “Ketika anak-anak bermain disiplin, maka staminanya akan terjaga. Begitu juga sebaliknya. Ketika fisiknya kuat, maka mereka dapat bermain disiplin,” ujar Jumhari.
Selain kedisplinan, kreativitas juga menjadi kunci kesuksesan dari Buperta dalam mengalahkan Siaga Pratama. Mereka memiliki gelandang Virgiawan Ramadhani dan penyerang Karno Febrianto yang tampil cemerlang di tengah lapangan.
Jumhari mengungkapkan, kedua pemain tersebut memiliki kreativitas yang tinggi sehingga dapat mengatur tempo permainan. Mereka mampu meredam permainan lawan dan mendistribusikan bola ke berbagai sisi, termasuk sayap. Alhasil, serangan Buperta lebih bervariasi dan membuat lawannya bingung.
Kesabaran pemain Buperta pun membuahkan hasil. Pada menit ke-33, penyerang Alfin Esa Ahmad berhasil mencetak gol setelah lolos dari jebakan offside yang dibangun lini pertahanan Siaga Pratama.
Unggul satu gol, para pemain Buperta semakin nyaman untuk memainkan tempo permainan. Mereka tidak terburu-buru menyerang dan mencetak gol tambahan. Jelang pertandingan berakhir, Buperta memiliki peluang emas saat Alfin berdiri bebas di depan gawang. Namun, tendangan kerasnya membentur tiang gawang.
Pelatih Siaga Pratama Kusnadi mengakui, timnya kalah dalam pertarungan di lini tengah. Meskipun demikian, ia tetap bangga pada anak-anak didiknya karena sempat mengimbangi permainan Buperta pada babak pertama laga itu.
Pentingnya kekuatan mental juga diakui oleh pelatih Intan Soccer Cipta Cendikia Yance Putra saat menghadapi Salfas Soccer. Sejak awal pertandingan, timnya terus menekan pertahanan lawan. Namun, mereka gagal mencetak gol karena kurang tenang dalam mengambil keputusan.
Tidak terpancing lawan
Padahal, Yance selalu menginstruksikan pemainnya agar tidak terpancing lawan. Caranya, dengan mengontrol tempo permainan. Namun, nasihat tersebut tidak dilakukan anak-anak asuhnya. Cipta pun gagal meraih poin penuh agar dapat naik ke papan atas. Kedua tim hanya bermain imbang dengan skor 0-0.
“Dalam pembinaan sepak bola usia dini, menang atau kalah itu bukan yang utama. Yang terpenting, anak-anak belajar memiliki mental yang kuat sehingga mau berjuang hingga akhir pertandingan. Mereka harus dewasa dalam berpikir yakni memiliki ketenangan dalam bermain,” ujar Yance.
Sumber: Kompas.ID